Bahan Bakar Arang Masih Jadi Pilihan UMKM di Lamsel

Redaktur: Muhsin Efri Yanto

“Penghematan modal usaha membuat saya bisa merekrut lima karyawan warga lokal dan bertahan hingga kini,”ulasnya.

Penggunaan arang kelapa juga dimanfaatkan Sobari, salah satu pelaku usaha penjualan sate ayam dan pempek panggang. Warga Desa Rangai Tri Tunggal itu mengaku bisa saja memakai kompor pemanggang elektrik. Namun modal habis pakai jenis arang lebih ringan, mudah dibawa dan murah. Ia bahkan me

Usaha sate ayam yang dibakar memakai arang sebut Sobari menjadi sumber penghasilan. Menjual sebanyak 500 hingga 600 tusuk ia bisa mendapat omzet ratusan ribu. Sate ayam yang disajikan dengan lontong, sambal kacang dijual per porsi Rp15.000.

“Arang bisa dibeli namun agar lebih hemat saya buat sendiri dari limbah usaha kopra,” sebutnya.

Usaha pembuatan arang ditekuni oleh Suwanto di Desa Kelaten, Kecamatan Penengahan, Lampung Selatan dengan skala kecil untuk memenuhi pasokan sejumlah usaha sate, Selasa (29/6/2021). Foto: Henk Widi

Kebutuhan akan arang kelapa yang tinggi diakui Suwanto. Warga Desa Kelaten, Kecamatan Penengahan itu bilang arang batok kelapa dijual seharga Rp7.500 per kilogram. Permintaan berasal dari pengepul untuk memenuhi permintaan pabrik pembuat briket. Briket merupakan bahan untuk bahan bakar dan sebagian arang untuk penjernih air.

Usaha pembuatan arang batok kelapa sebutnya dilakukan dalam skala kecil. Batok kelapa diperoleh dari usaha pembuatan kopra selanjutnya dibakar. Penggunaan arang batok kelapa menjadi penyokong sektor usaha kuliner. Sebab masih jadi pilihan untuk memanggang kerupuk dan produk kuliner tradisional.

Lihat juga...