Tips Bertahan di Masa Pandemi bagi Pelaku UMKM

Redaktur: Muhsin Efri Yanto

Pemilik brand aneuku dan dua sister brand, Tirmala dan alana, Neng Ane Husnu Diniah menunjukkan hasil karya desainya di home workshop miliknya di kawasan Bendungan Hilir Jakarta Pusat, Selasa (11/5/2021) - Foto Ranny Supusepa

JAKARTA — Kondisi penurunan daya beli masyarakat akibat pandemi, membuat para pelaku UMKM harus melakukan beberapa langkah penyesuaian dalam menjaga keberlangsungan usaha. Mulai dari menjaga cash flow (uang yang didapat dan dikeluarkan dalam periode waktu tertentu) hingga bergabung ke dalam komunitas.

Pemilik Brand aneuku, Neng Ane Husnu Diniah menyatakan kunci utama dari menjaga keberlangsungan usaha adalah menjaga cash flow.

“Mau usaha online atau offline, yang paling utama dalam kondisi seperti sekarang ini adalah menjaga cash flow. Bisa membaca kondisi pasar, apa yang dimau masyarakat,” kata Ane yang ditemui di home-workshopnya di wilayah Benhil Jakarta Pusat, Selasa (11/5/2021).

Ia menyebutkan pertimbangan cash flow juga yang menjadi alasan mengapa harga aneuku dan tiga brand lain miliknya tidak dirilis dengan harga yang sangat mahal.

“Saya itu pengennya ada produk berbahan bagus jahitannya bagus tapi harganya tidak mahal. Biasanya kalau brand besar itu, misal, modal Rp200 ribu bisa dijual hingga Rp400 atau Rp500 ribu, kalau saya hanya di Rp300 hingga Rp350 ribu. Jadi tidak memberatkan para penyuka busana muslim,” ujarnya.

Ane juga tidak pernah ‘saklek’ pada desainnya, lebih menyesuaikan pada kebutuhan pasar yang lebih luas.

“Saya tidak pernah hanya fokus pada satu line desain saja. Kalau lagi ingin mengeluarkan serial nude, ya saya keluarkan nude. Kalau ingin bold, ya saya keluarkan yang bold. Karena pembeli itu kan tidak semuanya suka yang nude. Ada juga yang suka bold. Ini salah satu strategi, bagaimana bisa tetap ada di pasar,” kata wanita muda yang bekerja di salah satu perusahaan asset management terkenal di Jakarta.

Lihat juga...