Terdampak Covid-19, Penjualan Jagung Titi di Larantuka Sepi Pembeli
Redaktur: Muhsin Efri Yanto
LARANTUKA — Jagung Titi, makanan khas warga etnis Lamaholot yang meliputi Kabupaten Flores Timur, Lembata dan Alor, Nusa Tenggara Timur (NTT) yang terbuat dari jagung yang digoreng lalu ditumbuk hingga pipih mengalami sepi pembeli terdampak adanya pandemi virus corona yang juga menyerang daerah setempat.

“Sejak adanya pandemi Corona dan pengetatan akses transportasi membuat penjualan kami turun drastis karena sepi pembeli,” kata Maryam penjual jagung titi di Pasar Inpres Larantuka, Kabupaten Flores Timur, NTT, saat ditemui di tempat penjualannya, Selasa (18/5/2021).
Maryam menyebutkan, biasanya dalam sehari sebelum pandemi Covid-19 dirinya bisa meraup pendapatan hingga Rp300 ribu sampai Rp500 ribu dari penjualan jagung titi.
Ia bisa meraup keuntungan Rp100 ribu hingga Rp200 ribu per harinya dan pembeli biasanya lebih banyak dari luar daerah untuk dijadikan oleh-oleh.
“Kebanyakan pembeli berasal dari luar Kabupaten Flores Timur yang biasanya membeli jagung titi untuk dijadikan oleh-oleh saat kembali ke tempatnya,” ucapnya.
Maryam mengaku menjual jagung titi dengan harga Rp25 ribu untuk ukuran 3 wadah berukuran kecil dan bila membeli Rp50 ribu maka mendapatkan bonus satu wadah lagi.
Ia katakan, harga jual Rp50 ribu kalau dimasukan ke dalam kantong plastik sedang maka setara dengan satu kantong plastik dengan berat sekitar 4 kilogram.
“Kalau warga di Kota Larantuka biasanya membeli untuk dikirim kepada sanak keluarganya yang tinggal di perantauan. Biasanya sekali beli bisa mencapai Rp100 ribu tapi sejak pandemi Corona sudah jarang terjadi,” ucapnya.