Melepas Sekat Merajut Pluralisme Kala Lebaran Idul Fitri di Lamsel
Redaktur: Muhsin Efri Yanto
LAMPUNG — Suasana lebaran Idul Fitri 1442 Hijriyah/2021 terlihat meriah di sejumlah desa di Lampung Selatan. Dirayakan sederhana, Kuwadi, warga Desa Kelaten, Kecamatan Penengahan berkunjung ke kerabatnya sesuai tradisi hari pertama lebaran keluarga inti atau keluarga batih. Sungkem, memohon maaf atas khilaf selama setahun dihaturkan pada kerabat yang lebih tua.
Kuwadi menyebut ia mengajak serta anggota keluarga untuk berkunjung ke kerabat. Suasana pandemi Covid-19 sebutnya tidak menjadi penghalang untuk bersilaturahmi. Kunjungan ke kerabat yang lebih tua tidak hanya dilakukan oleh keluarganya yang muslim. Ia tetap mengajak serta kerabat yang beragama Katolik. Meski memeluk keyakinan berbeda, sekat tak bisa dilepas oleh hubungan darah.
Sajian tempe benguk yang digoreng sebutnya jadi perekat kebersamaan. Kebersamaan yang tetap terajut dipertahankan olehnya hingga kini. Baginya menjaga kebersamaan keluarga menjadi tujuan utama tanpa melepas keyakinan. Idul Fitri 1442 H bahkan sebutnya sangat istimewa karena bersamaan dengan hari raya Kenaikan Isa Almasih yang dirayakan kerabatnya yang Kristiani.
“Keluarga, kerabat dan tetangga yang hidup berdampingan tetap menjaga kebersamaan tanpa memandang sekat dan momen ini saat situasi pandemi justru menjadi peningkat semangat kebersamaan dalam bingkai kebangsaan, tidak terkotak kotak oleh perbedaan,” terang Kuwadi saat ditemui Cendana News, Kamis (13/5/2021).
Kuwadi bahkan telah menyusun rencana sebelum bersilaturahmi dengan kerabat. Selama seharian empat desa, tiga kecamatan disambangi untuk bersilaturahmi dengan keluarga.
Sementara itu, Tri Wahyuni, warga Desa Bagunrejo, Kecamatan Ketapang menyambut kerabatnya yang datang, bukan hanya yang Muslim tetapi Kristiani. Kebersamaan yang terjalin ikatan darah, kekerabatan menghilangkan sekat.