Harga Kedelai Naik, Perajin Tahu di Boyolali Kurangi Produksi
BOYOLALI – Sejumlah perajin tahu di Dukuh Bukurireng Desa Bendan Kecamatan Banyudono Kabupaten Boyolali banyak yang mengeluh karena tingginya harga bahan baku kedelai di pasaran sehingga dampaknya mengurangi produksi.
Seorang perajin tahu Tanto (56) di Desa Benden, Banyudono, Boyolali, Minggu, mengatakan, harga kedelai di pasar Boyolali kini masih tinggi yakni dijual hingga Rp11.000 per kilogram atau naik Rp1.000/kg, sehingga banyak pengusaha tahu yang menurunkan produksinya.
Tanto menjelaskan, harga kedelai di Boyolali jelang Lebaran awalnya dijual Rp9.000/kg kemudian naik menjadi Rp10.000/kg dan kini naik lagi menjadi Rp11.000/kg. Perajin tahu banyak yang khawatir dengan tingginya harga kedelai usahanya bisa gulung tikar.
Padahal, kata Tanto, dari usaha tahu yang ditekuni sudah puluhan tahun tersebut menjadi harapan utama ekonomi keluarganya.
Oleh karena itu, untuk menyiasati tingginya harga bahan baku tersebut terpaksa menaikkan harga jual tahu. Harga tahu semula dijual Rp40.000 per cetak kini dinaikan menjadi Rp45.000 per cetak. Setiap cetak tahu bisa dipotong-potong menjadi 200 biji.
Dia menjelaskan, dengan tinggi harga bahan baku tersebut terpaksa mengurangi produksinya. Pihaknya sebelumnya mampu mengolah bahan baku kedelai rata-rata sebanyak 75 kg per hari, tetapi kini dikurangi hanya 50 kg per hari atau menurun sekitar 33,33 persen.
“Saya menurunkan produksi tahu karena juga berdampak turunnya permintaan pasar baik pembeli maupun para pedagang,” katanya.
Selain itu, lanjut dia, hal ini, diperparah dengan kenaikan harga minyak goreng curah di pasar yang semula dijual Rp190.000/jerigen isi 17 kg menjadi Rp250.000/jerigen isi 17 kg. Minyak goreng ini, untuk jenis tahu goreng yang dijual di pasar-pasar.