Aspek Keselamatan di Sektor Pariwisata Dinilai Masih Minim Perhatian
Editor: Makmun Hidayat
SEMARANG — Faktor keselamatan belum menjadi prioritas para pelaku pariwisata, khususnya wisata danau. Imbasnya, kecelakaan pun bisa terjadi sewaktu-waktu dan merenggut korban nyawa.
Hal tersebut disampaikan akademisi Prodi Teknik Sipil Unika Soegijapranata, sekaligus Ketua Bidang Advokasi dan Kemasyarakatan Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) Pusat, Djoko Setijowarno di Semarang, Minggu (16/5/2021).
“Apalagi di musim lebaran, dengan jumlah wisatawan yang bertambah, dimanfaatkan oleh pengelola untuk menarik pengunjung sebanyak-banyaknya, namun tidak diimbangi dengan monitoring dan pengawasan,” paparnya.
Akibatnya, ketika terjadi kecelakaan wisata di danau, selalu memakan sejumlah korban jiwa. “Terbaru kecelakaan perahu wisata di waduk atau danau Kedungombo Boyolali Jateng, pada Sabtu (15/5) lalu. Perahu berisi 20 orang tenggelam saat menuju warung makan apung di tengah waduk. Kejadian serupa juga terjadi pada 2018, saat liburan lebaran, sebanyak 164 orang dinyatakan hilang akibat tenggelamnya kapal KM Sinar Bangun di Danau Toba Sumatera Utara,” lanjutnya.
Dirinya melihat dua kejadian tersebut tragis, karena pengelola pariwisata danau atau waduk tidak memperhatikan faktor keselamatan penumpang.
“Kewajiban menggunakan baju penolong (life jacket) bagi penumpang perahu belum sepenuhnya ditaati. Kurangnya monitoring dan pengawasan menjadi salah satu penyebabnya. Pariwisata tidak hanya menjadi target PAD, akan tetapi perhatian hal keselamatan jangan sampai terabaikan,” tegasnya.
Tidak hanya itu, Djoko juga melihat masih banyak ditemukan operasional kapal atau perahu di waduk atau danau, yang dikelola perorangan dan kurang memperhatikan aspek keselamatan.