Guru Besar IPB: Wujudkan Kedaulatan Pangan melalui Sagu

Redaktur: Satmoko Budi Santoso

Yang pertama adalah pemerintah, dengan membentuk kebijakan yang sama mulai dari pusat hingga dinas terkait. Dan juga harus dilakukan kerjasama lintas kementerian.

“Karena pengembangan sagu ini bukan hanya milik Kementan saja. KLHK terlibat, PUPR juga,” ungkapnya.

Yang kedua adalah peneliti baik dari perguruan tinggi maupun Balitbang lembaga.

“Ini untuk semua daerah. Terutama yang memiliki sagu di daerahnya. Jangan hanya menunggu pada IPB saja. Misalnya, UNRI, itu ada sagu di daerahnya. Kembangkan penelitiannya. Balitbang juga libatkan pihak perguruan tinggi dalam penelitian. Peneliti Balitbang tidak selamanya bisa tinggal di daerah tersebut. Saat peneliti tersebut harus berpindah ke daerah lain, biarkan pihak universitas yang menjaga penelitian,” urai pria yang dikenal sebagai tokoh sagu ini.

Yang ketiga adalah keterlibatan tokoh masyarakat dan tokoh adat. Karena di sektor hulu atau produksi sagu, pasti ada yang berkaitan dengan tanah adat.

“Saat memasuki tahapan selanjutnya, peran pelaku usaha akan menjadi penting. Saat ini, hanya ANZ dan Sampurna saja. Kelompok terakhir juga penting adalah peranan media dalam menyebarluaskan keberadaan sagu ini,” tandasnya.

Ahli Peneliti Utama bidang Pemuliaan Tanaman Palma, Balitbang Palma, Prof. Dr. Ir.  Novarianto Hengky menjelaskan, sagu memiliki kemiripan dengan beras berdasarkan perbandingan kandungan nutrisinya.

“Sagu bisa menjadi penghasil karbohidrat untuk masyarakat Indonesia. Karena selain kandungannya memang mirip dengan beras, sagu sudah menjadi sumber pangan utama sebagian masyarakat Indonesia,” kata Prof. Hengky dalam kesempatan yang sama.

Lihat juga...