Peremajaan Kakao Sistem Sambung Pucuk, Tingkatkan Produktivitas Buah
Redaktur: Satmoko Budi Santoso
Petani lain bernama Suharso bilang, kakao memiliki nilai ekonomis yang baik. Dijual seharga Rp20.000 per kilogram ia bisa mengumpulkan sekitar 50 kilogram dari belasan pohon.
Warga Desa Pasuruan, Kecamatan Penengahan itu mengungkap sambung pucuk untuk peremajaan masih jadi pilihan. Sistem itu dilakukan tanpa harus membeli bibit baru.
“Kakao lokal yang telah berbuah memiliki sistem perakaran yang kuat, tahan angin sehingga dipertahankan hanya menambah bagian pucuk,” bebernya.
Varietas kakao yang baik sebutnya unggul karena tahan penyakit busuk buah, mati pucuk daun. Menggunakan teknik sambung pucuk Suharso mengaku bisa mendapatkan hasil setelah 9 bulan.
Pada tanaman lama produksi buah akan bertambah dengan adanya batang baru. Rata-rata satu pohon bisa menghasilkan sekitar 20 hingga maksimal 45 buah.
Suyatinah, pekebun di desa yang sama bilang kakao yang telah disambung pucuk perlu rutin dirawat. Potensi hama tupai, cendawan hingga busuk buah kerap terjadi saat penghujan.

Sebagai solusi ia menggunakan dolomit atau zat kapur pada tanah. Pemberian pupuk urea, NPK juga dilakukan agar nutrisi tanaman tetap terjaga. Sebagian tanaman yang telah disambung pucuk sebutnya memiliki daya tahan dari penyakit.
Sistem sambung pucuk sebutnya masih menjadi cara menghemat. Sebab peremajaan tanaman tidak harus dilakukan dengan penebangan.
Batang tanaman yang tidak produktif bisa dikurangi untuk menghasilkan tunas baru. Tunas baru selanjutnya menjadi batang bawah disambung varietas kakao tahan penyakit.