Pembelajaran Daring di Jember Jadi Beban Orang Tua
Editor: Koko Triarko
Tidak jarang, ia selalu terkendala oleh keadaan, sedangkan Melati memiliki 3 anak, ada yang sudah kelas 6, kelas 1 dan anak yang terakhir masih duduk di bangku TK.
“Setiap kali setidaknya saya ikut membantu mengerjakan tugas anak-anak saya, dan harus cepat-cepat bisa membagi waktu, walaupun hanya sebentar. Karena tugas yang harus dikerjakan juga harus segera dikumpulkan kembali, jadi sedikit waktu luang saya gunakan mengecek tugas anak-anak saya,” tuturnya.
Dampak dari aktivitas belajar di rumah makin membuat waktu kerja orang tua menjadi padat. “Di rumah saya sendiri harus menyelesaikan pekerjaan saya, dan sekarang juga harus membagi waktu dengan anak. Tentunya makin menambah beban waktu setiap hari. Kadang kala harus menyelesaikan tugas anak yang belum terselesaikan,”ucapnya.
Terpisah, Ferbyani Aulia, guru di SMAN Rambipuji, mengakui jika sering kali orang tua saat ini yang lebih aktif menyelesaikan pekerjaan rumah milik anaknya. Akibatnya, anak menjadi ketergantungan terhadap orang tuanya.
“Siswa rentan untuk lebih menyerahkan tugasnya ke orang tuanya agar dikerjakan. Kadangkala orang tua turut ikut campur terhadap tugas yang harus di selesaikan oleh anaknya,” ucapnya.
Tak jarang, bila orang tua yang aktif menyelesaikan tugas, mental anak akan mudah mengabaikan. “Alasan orang tua pertama karena kasihan melihat anaknya mengerjakan tugas. Solusinya dikerjakan orang tuanya, bukan sebaliknya, yakni dibantu dengan diberitahu saja. Wajar, orang tua simpati pada anaknya, tetapi peran orang tua mendampingi dan membantu bila anak tidak bisa mengerjakan tugasnya, bukan dikerjakan secara keseluruhan,” tandasnya.