Menelisik Situs Duplang, Jejak Peradaban Masa Silam di Jember
Editor: Makmun Hidayat
Gayung pun bersambut, upaya Sudarman mendapat respons baik dan membuahkan hasil. Atas laporannya, dari pihak Lembaga Arkeologi Majokerto bersedia mengunjungi lokasi situs yang baru pertama kali ditemukan olehnya.
“Setelah saya telefon dari pihak arkeologi kemudian menjawab keesokan harinya ia siap menuju ke rumah saya berdasarkan laporan yang saya sampaikan,” tambahnya.
Atas rasa penasaran yang terjadi saat baru pertama kali ia temukan berupa batu-batu, Sudarman tidak menyia-nyiakan waktu saat bersama dengan salah satu arkeologi saat itu, sebisa mungkin dirinya menanyakan segala rasa penasarannya terhadap bentuk, jenis, maksud dan tujuan dari batu-batu tersebut.
“Setelah saya tunjukkan letak lokasi situs, saya tanyakan satu per satu dari tujuan batu yang ada, salah satunya bentuk pada posisi batu kenong. Bentuk batu kenong ada yang tonjolannya satu ada yang tonjolannya dua. Masing-masing tonjolan tersebut memiliki makna dan tujuan yang berbeda-beda,” tandasnya.
Ia menambahkan, makna dari tonjolan yang terdapat pada batu kenong memiliki tujuan yang berbeda. Tonjolan satu pada batu kenong berarti digunakan sebagai tempat beribadah, menyembah nenek moyang. Sedangkan tonjolan dua sisi menandakan sebagai petunjuk, bahwa arah tonjolan batu mengarah kepada batu domen yang merupakan tempat batu sebagai penyimpanan jenazah.
Terpisah, Ahmad Nailul Jamil, salah satu mahasiswa S-2 Ilmu Budaya Universitas Islam Jogjakarta menyatakan, Situs Duplang merupakan tempat perkumpulan manusia purbakala pada beberapa abad tahun yang lalu. Terlihat dari beberapa jenis batu yang memiliki fungsi, maka keberagaman batu yang ada menunjukkan pusat peradaban manusia purbakala pada saat itu sering kali berada di Desa Kamal ini.