Inilah Martabak Telur Legendaris yang Diburu di Bekasi
Redaktur: Satmoko Budi Santoso
“Memang terasa, sejak pandemi omzet turun banget. Biasanya sehari rata-rata bisa mencapai 18 kilogram tepung terigu sebagai bahan baku utama. Sekarang hanya sepuluh kilogram bahkan biasanya kurang,” ujar pria asal Brebes ini.
Martabak telurnya diakui tergolong lintas generasi. Tidak jarang yang suka jajan akan selalu balik ke kawasan SD tempatnya jualan untuk bernostalgia.
“Ada yang dari Bogor sengaja kemari, hanya ingin mengingat masa kecilnya. Biasanya dia memborong, dan membayari semua anak yang jajan di sini,” jelasnya.
Pak Chakim mengaku, dulu sebelum pandemi omzetnya bisa mencapai Rp9 jutaan per bulan. Tapi sekarang turun drastis. Bisa jualan Rp5 juta sebulan dia harus mangkal di bawah pohon besar di depan SD Negeri Jatiasih IX dari pagi hingga menjelang Magrib.
Pak Chakim terkadang dibantu anaknya jika pelanggan antre.
Ibu Eli kepada Cendana News mengaku, sengaja mampir karena anaknya menyukai martabak telur Pak Chakim. Anak Ibu Eli merupakan siswa SD Negeri Jatiasih IX.
“Martabak telur ini memang unik, bentuknya seperti kue, dan Pak Chakim membuat langsung di depan pelanggan. Sehingga terlihat kebersihannya,” jelas Ibu Eli.