Buka Peluang Usaha Martabak di Desa, Prospek Menjanjikan
Editor: Makmun Hidayat
BANDUNG — Tekadnya ia mulai di Surabaya, Jawa Timur pada akhir tahun 2019. Bermodalkan uang sekitar Rp30 juta, Taryo (34), pemuda asal Tegal, Jawa Tengah itu mencoba peruntungan merintis usaha martabak.
Sayang, usaha yang dirintisnya itu tidak lebih lama dari usia jagung. Pandemi Covid-19 membuyarkan mimpinya, usaha nya gulung tikar akibat sepi pembeli, modal menipis, dan biaya sewa lapak pun tak tertutupi.
“Sempat frustasi, bahkan beberapa waktu setelah itu, saya saapai banting setir jadi pengumpul barang rongsokan,” ujar Taryo saat ditemui di Desa Pinggirsari, Kecamatan Arjasari, Kabupaten Bandung.
Harapannya sempat tumbuh kembali, ketika seorang teman mengajaknya beradu nasib di pulau seberang, Lombok, NTB. Tanpa pikir terlalu panjang, ia mengiyakan tawaran tersebut, berangkat dengan bekal seadanya, membuka usaha yang sama.
Lagi-lagi keberuntungan belum jua datang. Hanya beberapa bulan berselang, ia meninggalkan NTB dan kembali ke Surabaya, akibat usahanya tetap tidak berhasil.
“Ternyata, situasi di sana tidak lebih baik dari Surabaya, orang tetap pada ngga berani keluar rumah, apalagi belanja martabak,” tukasnya.
Namun semesta tidak pernah kehabisan cara memberikan kesempatan bagi mereka yang mau berusaha. Pada Oktober 2020, ia mengaku menerima panggilan dari adiknya, dan memintanya datang ke sebuah desa di Timur Bandung, Pinggirsari, untuk menjalankan usaha yang lagi-lagi sama, berjualan martabak.
“Alhamdulillah sekarang usaha sudah mulai membaik. Semoga corona bisa segera berlalu, biar aktivitas masyarakat bisa kembali normal dan dunia usaha bisa cepat pulih,” ungkapnya.
Meski harga jual martabak di Desa Pinggirsari relatif murah, hanya Rp18.000 per porsi, namun Mamad, adik dari Taryo mengaku bersyukur, karena pembelinya cukup banyak.