Digitalisasi Pendidikan Buka Celah Kebocoran Data

Editor: Makmun Hidayat

JAKARTA — Salah satu yang menjadi kekhawatiran para pengamat dalam kebijakan digitalisasi pendidikan adalah potensi kebocoran data. Bukan datanya hilang tapi data disalin dan di-forecasting sebagai bentuk kolonialisme digital.

Founder Indonesia Cyber Security Forum, Ardi Sutedja, menjelaskan kolonialisme digital itu adalah penjajahan secara digital melalui teknologi dan konten.

“Banyak yang tidak menyadari hal ini. Semua hanya menikmati kenikmatan dan kenyamanan teknologi tanpa menyadari dengan apa mereka harus membayarnya. Apalagi ini berkaitan dengan pendidikan yang merupakan jati diri bangsa,” kata Ardi dalam Bincang Online Kebijakan Pendidikan yang dihadiri Cendana News, Kamis (11/2/2021).

Ardi Sutedja saat menjelaskan potensi kebocoran data pada penggunaan digitalisasi di sektor pendidikan, dalam bincang online kebijakan pendidikan, Kamis (11/2/2021). -Foto Ranny Supusepa

Ia menegaskan, pendidikan itu adalah bidang strategis dan taktis yang memunculkan aura dan jati diri suatu bangsa. Artinya ini berkaitan dengan masa depan dan kedaulatan negara.

“Sekarang kalau semuanya dipengaruhi oleh budaya asing bagaimana? Kita jangan hanya melihat manfaat saja. Tapi juga risikonya. Harus disusun manajemen risiko, dengan melibatkan akademisi dan para ahli untuk melihat segala aspek,” ucapnya.

Hal tersebut penting untuk dilakukan, untuk menghindari masyarakat Indonesia menjadi sasaran empuk kolonialisme. Karena data pengguna di atas 150 juta itu merupakan angka yang sangat menarik bagi pengguna teknologi atau pebisnis.

Lihat juga...