Memaknai Tradisi Lingkaran Adven Umat Kristiani Jelang Natal
Redaktur: Satmoko Budi Santoso
LAMPUNG – Tradisi Gereja Katolik membuat lingkaran adven masih dilestarikan hingga kini. Lingkaran adven atau evergreen menjadi simbol masa penantian (adventus) jelang hari raya Natal.
Aloysius Rukun Haryoto, pemimpin ibadah saat Minggu Adven kedua di gereja Santo Petrus dan Paulus menyebut makna rohani lingkaran adven jadi tradisi keimanan bagi umat Kristiani.
Lingkaran adven di gereja Katolik yang ada di Desa Pasuruan, Kecamatan Penengahan, Lampung Selatan itu sebut Aloysius Rukun Haryoto adalah simbol iman umat.
Berbahan kayu sebagai penopang, lingkaran dari besi yang dilapisi daun cemara hijau, empat lilin dipasang. Setiap pekan sebelum Natal tiga lilin warna ungu dan satu lilin warna merah muda akan dinyalakan.
Lingkaran berhias daun cemara dalam tradisi Katolik sebut Aloysius Rukun Haryoto, melambangkan Alfa dan Omega, abjad Yunani bermakna Allah yang tak berawal dan berakhir. Keabadian dalam evergreen daun cemara melambangkan Kristus sang Kehidupan. Warna hijau sekaligus melambangkan pertumbuhan, kesuburan harapan dan kehidupan.
“Masa adven menjadi waktu penantian saat Natal, dalam masa kekinian saat pandemi Covid-19 secara rohani umat Katolik juga diajak untuk memaknai keprihatinan dalam menantikan kedatangan Kristus. Tanpa mengesampingkan harapan pemerintah dalam memutus mata rantai pandemi,” terang Aloysiyus Rukun Haryoto dalam khotbahnya di gereja Santo Petrus dan Paulus, Minggu (6/12/2020).
Pada lilin warna ungu sebut Aloysius Rukun Haryoto, dimaknai sebagai warna pertobatan. Lilin akan dinyalakan selama tiga pekan berturut-turut.
Sepekan jelang Natal lilin warna pink atau merah muda akan dinyalakan. Lilin gaudate atau kesukaan, kabar gembira, suka cita karena sudah dekat kedatangan Yesus Kristus. Adven dimaknai dengan penuh kesederhanaan terutama kala pandemi.