Kearifan Lokal Kunci Pelestarian Lingkungan Berkelanjutan di Lamsel

Editor: Makmun Hidayat

Subanjar memanfaatkan lahan perbukitan di Desa Bakauheni, menanam pepohonan jenis bambu jepang dan tanaman buah alpukat, jengkol dan durian, Rabu (30/12/2020). -Foto Henk Widi

Pada jangka panjang Subanjar bilang ia bisa memperoleh pasokan air melalui sumur gali. Pada sebagian wilayah yang rawan longsor jenis tanah merah, tanah putih diantipasi memakai tanaman kayu keras. Wilayah kepayang,pematang macan,pematang malang dan perbukitan legok Noong tetap dilestarikan warga dengan beragam tanaman.

“Sebagai warga pendatang saya belajar kearifan lokal petani pekebun di Lamsel yang sukses mempertahankan kelestarian lingkungan berkelanjutan,” terang Subanjar.

Memasuki akhir tahun, Subanjar menyebut bisa memanen berbagai jenis buah. Alpukat, durian dan mangga jadi komoditas pendongkrak ekonomi dengan harga jual menjanjikan mencapai Rp10.000 per kilogram. Jenis tanaman kayu keras saat puncak musim penghujan mendorong munculnya mata air baru dan pencegah longsor. Bambu hitam dan bambu jepang bisa dijual untuk pemasangan bendera.

Kearifan lokal melakukan penanaman juga diakui Rusli, warga Desa Sumur, Kecamatan Ketapang. Sebagai wilayah dengan perbukitan Pancong dan pantai Timur Lamsel, warga melakukan penanaman berbagai jenis pohon kayu keras. Perbukitan sebutnya menjadi sumber mata air yang mengalir ke sungai dan irigasi lahan pertanian.

“Warga telah mengalami pengalaman terkena banjir imbas sungai meluap dampak pepohonan ditebang sehingga kembali melakukan rehabilitasi lahan,” cetusnya.

Penanaman pohon di sepanjang bantaran sungai didominasi tanaman produktif digalakkan. Sebagian masyarakat secara swadaya melakukan penanaman jenis bambu ori,bambu petung, bambu kuning, bambu tali dan bambu hitam. Berbagai jenis tanaman bambu memiliki rumpun dan perakaran yang kuat penahan longsor. Saat penghujan potensi resapan air meminimalisir banjir.

Lihat juga...