Inilah Refleksi Penelitian Arkeologi IKN 2020
Redaktur: Satmoko Budi Santoso
Jadi, ia menyatakan perlunya penelitian adalah untuk memastikan potensi budaya lokal akan tetap eksis dan menjadi berkembang. Bukannya menghilang.
“Bagaimana? Ya dengan melakukan pembangunan IKN yang berwawasan keseimbangan ekosistem, budaya fisik dan budaya non-fisik setempat tetap eksis, bahkan seoptimal mungkin dilestarikan, dikembangkan dan dimanfaatkan sehingga bisa menjadi bagian dari ritme IKN dan jati diri Indonesia,” paparnya.
Dalam penelitian IKN ini, Truman menyebutkan, penelitian tidak cukup hanya satu tahun saja. Karena hasilnya akan tidak komprehensif.
“Minimal itu lima tahun. Tapi kita coba dengan 4 tahun. Setahun di 2020. Lanjut ke 2021 dan 2022 untuk eskavasi situs prioritas, eksplorasi Kalimantan, analisa dan database. Dan nanti di 2023, akan dilakukan validasi data lapangan, publikasi hasil penelitian, rekomendasi kebijakan untuk pembangunan berkelanjutan di IKN dan rekomendasi pengembangan penelitian,” ucapnya.
Dari hasil penelitian selama 2020, Truman menyebutkan ada 202 obyek pengamatan yang meliputi lingkungan, manusia dan budaya, walaupun tim peneliti mengalami berbagai keterbatasan karena kebijakan terkait pandemi.
“Dari sisi lingkungan, kita melihat adanya perbukitan, dataran rendah, rawa gambut, pesis dan sungai yang memiliki potensi SDA. Contohnya Cekungan Kutai yang nantinya akan menjadi IKN adalah daerah sumber batu bara terbanyak di Indonesia. Begitu pula flora dan faunanya yang beragam,” urainya.
Dari hal ini, maka pelestarian dan pemanfaatan kekayaan SDA dan lingkungan dapat dijadikan modal penting kemajuan daerah tapi dengan berbasis pada keseimbangan manusia dan ekosistem.