Grup Musik Ini Konsisten Memainkan Alat Musik Tradisional

Redaktur: Satmoko Budi Santoso

Grup musik ini sebut dia, pertama kali mengikuti festival yang diadakan alumni SMP Frater Maumere, meraih juara pertama serta mengikuti Festival Karawitan Indonesia tahun 2020 dan masih menunggu pengumuman juara.

“Kami pentas paling jauh di Kota Ende sebanyak 2 kali dan selebihnya masih pentas di Kabupaten Sikka. Kalau musim pesta sehari bisa manggung sekali dari pagi hingga malam hari,” terangnya.

Terkait harga, Erik Bagus menyebutkan, sekali pentas dari sore sampai malam jam 22.00 wita pihaknya mematok harga Rp1,5 juta sementara sejak siang sampai malam harganya Rp2,5 juta.

Dia mengatakan, bila pentas dari pagi sampai malam biayanya Rp3,5 juta, tetapi bila harus memainkan alat musik gong waning maka biayanya ditambah Rp2 juta sekali pentas.

“Kami senang memainkan musik kampung atau musik tradisional. Awalnya memainkan karena hobi dan kemudian bisa mendapatkan uang. Kami melihat pendapatan yang diterima lebih besar dibandingkan memainkan alat musik modern,” tuturnya.

Erik Bagus menjelaskan, kendala yang dihadapi pihaknya yakni, masih kesulitan untuk memainkan musik dengan bunyi yang agak besar dimana alat musik harus dihubungkan dengan mikropon, namun masih belum bisa dilakukan.

Alat musik yang dimainkan kata dia, terdiri dari banyol, bas betot, okulele, biola, violin, sato, jimbe, giring-giring serta gong waning. Ia mengharapkan musik tradisional tetap bisa eksis dan jangan meninggalkan yang asli.

“Terkadang ada permintaan menyanyikan lagu modern namun kami tetap mempertahankan memainkan musik tradisional. Kita juga ingin melakukan edukasi kepada generasi muda agar mencintai musik tradisional dan semoga mimpi kami bisa berkarya di level nasional bisa terwujud,” ungkapnya.

Lihat juga...