Pengendalian Hama Secara Biologis Bisa Menekan Biaya

Editor: Makmun Hidayat

LAMPUNG — Ratusan botol bekas air minum dalam kemasan tergantung pada ajir tanaman labu madu milik Robiin. Petani di Desa Bakauheni, Kecamatan Bakauheni, Lampung Selatan itu memakai cara biologis untuk pengendalian hama.

Tanaman labu madu atau Cucurbita moschata menjadi komoditas yang dibudidayakannya sejak lima tahun silam. Penanaman komoditas sayuran jenis labu madu sebut Robiin rentan hama penyakit.

Hama lalat penggerek buah, semut dan jamur kerap menjadi musuh alami berpotensi mengurangi produksi. Saat memasuki pembungaan buah pada usia satu bulan lebih hama ulat grayak dan busuk batang kerap terjadi. Penggunaan agen hayati dilakukan untuk mencegah peningkatan populasi hama.

Robiin bilang potensi hama lalat buah sebutnya sangat tinggi semenjak keberadaan tempat akhir pembuangan sampah. Lokasi pembuangan sampah jadi tempat yang rentan menjadi pemicu ledakan populasi lalat. Mendekati masa bertelur tanaman labu madu yang telah berbuah akan diserang. Ia memakai botol perangkap, pisang dan cairan rebusan air daun sirsak,mindi dan larutan gula merah.

“Botol bekas kemasan air mineral dibuat lubang dengan diameter secukupnya agar lalat buah bisa masuk, sebuah pengait dari kawat disiapkan untuk memasukkan buah pisang pada bagian botol,sementara bagian bawah botol disiapkan cairan air rebusan dari bahan alami,” terang Robiin saat ditemui Cendana News, Senin (9/11/2020).

Robiin menyebut menggunakan botol bekas kemasan air minum karena mudah diperoleh. Sementara buah pisang saat ini mudah didapat karena harga pisang yang murah bahkan sebagian terbuang. Penggunaan botol perangkap sebutnya memiliki fungsi untuk menarik lalat buah. Prinsip kerja perangkap buah bertujuan untuk menarik lalat buah.

Lihat juga...