Penerapan KBM Daring Pengaruhi Usaha Perlengkapan Sekolah

Redaktur: Satmoko Budi Santoso

Boby bilang faktor prioritas orangtua dan siswa berubah. Pembelian fasilitas telepon pintar, pembelian kuota internet bahkan laptop jauh lebih prioritas. Imbasnya belanja peralatan sekolah lebih sedikit dibanding tahun ajaran sebelumnya. Meski demikian ia tetap berhasil menjual sekitar 20 persen perlengkapan sekolah yang dimilikinya.

“Sektor usaha penjualan perlengkapan sekolah ikut mendukung kegiatan belajar mengajar, tapi sistemnya yang berubah imbas Covid-19,” sebutnya.

Pekerja di toko buku Penengahan bernama Anisa menyebut, penurunan jumlah penjualan perlengkapan sekolah sangat terlihat. Tahun ajaran baru sebelumnya ia bisa menjual buku sekitar 100 lusin. Namun kini maksimal hanya berhasil terjual sekitar 30 lusin demikian juga dengan penggaris, bolpoin dan alat sekolah lain. Jasa fotocopy mengandalkan tugas sekolah pun mulai berkurang.

“Jasa fotocopy sehari bisa menghabiskan sepuluh rim kertas kini maksimal dua rim, itu pun untuk kantor pemerintah,” bebernya.

Keuntungan justru dialami pelaku usaha konter penjualan smartphone, kuota internet dan pulsa reguler. Cici, salah satu pemilik konter di Desa Pasuruan mengaku mendapat berkah. Sebab semenjak pemberlakuan PJJ atau belajar daring penjualan alat komunikasi smartpone berbasis android meningkat. Sejumlah orangtua rela merogoh kocek untuk fasilitas belajar anak.

“Usai panen sebagian orangtua membelikan smartphone lengkap dengan kartu perdana dan asesoris lain,” bebernya.

Setiap hari transaksi selama masa PJJ rata-rata lebih dari 300 transaksi. Siswa kerap membeli paket data untuk belajar. Sebagian membeli paket data internet dengan sistem voucher. Meski sebagian mendapat kuota gratis internet dari sekolah ia memastikan pembelian kuota masih tinggi. Dibanding sebelum PJJ kenaikan penjualan kuota internet meningkat hingga 100 persen.

Lihat juga...