Widaran, Lezatnya Kue Tradisional Khas Semarang
Redaktur: Satmoko Budi Santoso
SEMARANG – Jika berkunjung ke Kota Semarang, tidak lengkap rasanya tanpa mencoba aneka kuliner yang ada di ibu kota Jateng tersebut. Termasuk aneka kue tradisional khas, salah satunya widaran.
Terbuat dari adonan tepung ketan yang digoreng sehingga menggembung di tengah. Teksturnya renyah dan padat. Tambahan taburan gula halus, menjadikannya terasa gurih dan manis saat digigit. Jajanan tradisional khas Semarang ini, juga cocok untuk teman makan saat menonton TV atau minum kopi.
“Kue widaran ini juga tahan lama hingga tiga bulan, meski dibuat tanpa tambahan bahan pengawet,” papar Retno, pemilik Retno Snack, salah satu pedagang kue tradisional di kawasan Tembalang Semarang, saat ditemui, Sabtu (17/10/2020).
Dipaparkan, widaran termasuk salah satu jajanan tradisional legendaris di Kota Semarang. Dahulu kue tersebut hanya ada pada saat hari raya Idulfitri sebagai camilan untuk tamu yang bersilaturahmi.
“Jadi dulu hanya ada pas Idulfitri, belum ada yang jual, jadi bikin hanya pada saat khusus. Kalau orang Semarang dulu, menyebutnya sebagai kue tai kucing. Jadi kalau ke Semarang, lalu diajak makan tai kucing, yang dimaksud kue widaran ini,” tambahnya.
Penamaan tai kucing tersebut, mengacu pada bentuk kue widaran yang menggembung di tengah. “Tapi sekarang sudah tidak dipakai lagi istilah itu, karena jadi nggak nafsu makan, malah membayangkan yang tidak-tidak,” jelas Retno sembari tertawa.
Dijelaskan, untuk membuat kue widaran relatif mudah. Bahan-bahan yang dibutuhkan juga sederhana, berupa tepung ketan, telur, mentega, gula pasir, dan gula halus.
“Cara membuatnya, semua bahan kecuali gula halus, dicampur jadi satu hingga menjadi adonan. Selanjutnya, adonan tepung dimasukkan dalam wadah plastik untuk membuat kue. Panaskan minyak goreng, kemudian adonan tersebut digoreng. Setelah matang, diberi taburan gula halus,” tambahnya.