Petani di Lamsel Pertahankan Bersihkan Lahan Sistem Tebas Bakar

Editor: Makmun Hidayat

LAMPUNG — Sistem tebas bakar dalam proses pembersihan lahan pertanian dipertahankan petani di Lampung Selatan.

Nurmaidi, petani jagung di Desa Banjarmasin, Kecamatan Penengahan mengaku pola tersebut sulit ditinggalkan. Alasannya ia lebih cepat membersihkan lahan sebelum proses pengolahan lahan dan hemat tenaga, biaya.

Efisiensi penerapan tebas bakar sebutnya jadi kearifan lokal petani. Jauh sebelum muncul bahan kimia jenis herbisida untuk membasmi rumput, tebas bakar jadi solusi tercepat. Sistem tebas dilakukan dengan proses pemotongan rumput yang masih tumbuh pada lahan. Sistem tersebut dikenal dengan perun pada petani jagung di wilayah Lamsel.

Saat kemarau sistem perun terbantu cuaca panas dengan cepatnya rumput kering. Setelah kering dan dikumpulkan pada sejumlah lokasi ia akan membakarnya dengan bensin. Bermodalkan satu liter bensin seharga Rp10.000 ia bisa membakar puluhan tumpuk rumput kering pada lahan yang luas.

“Sistem pertanian berhuma untuk membuka lahan kebun yang baru menerapkan sistem tebas atau oleh warga asal Jawa di sini dikenal cacar alas lalu dibakar karena bisa membersihkan gulma rumput yang mengganggu tanaman,” terang Nurmaidi saat ditemui pada lahan miliknya di Desa Banjarmasin, Sabtu (3/10/2020).

Nurmaidi saat di persawahan, Sabtu (3/10/2020). -Foto Henk Widi

Tebas bakar sebutnya hanya butuh tenaga kerja dua orang. Kalkulasi upah harian kerja per hari Rp100.000 ia hanya mengeluarkan biaya sekitar Rp200.000. Pembersihan lahan juga bisa dilakukannya bersama sang istri sehingga bisa lebih hemat. Lain halnya dengan sistem semprot herbisida harga bisa mencapai lebih dari Rp250.000 perbotol.

Lihat juga...