Petani Bisa Panen Berkala dengan Sistem Tumpangsari

Editor: Koko Triarko

“Tumpang sari atau diversifikasi komoditas pertanian telah menjadi kearifan lokal masyarakat di kaki Gunung Betung,” beber Jupri.

Jupri mengatakan, komoditas pertanian jenis kemiri, durian, jengkol dan petai berbuah pada musim tertentu. Memasuki bulan Oktober hingga November, petani bisa memanen kemiri. Ia bisa mendapatkan sekitar satu kuintal kemiri per pohon dengan harga Rp5.000 di level petani. Sebagian tanaman petai dan jengkol miliknya juga telah berbuah dan akan dipanen awal tahun depan.

Penerapan sistem diversifikasi, sebutnya, memperhatikan komoditas yang cocok sesuai iklim. Pada wilayah dengan ketinggian 1.300 meter di atas permukaan laut (Mdpl), itu petani juga menanam cengkih dan kopi robusta. Berbagai komoditas yang bisa dipanen bergantian membuat petani bisa mendapat hasil beragam.

Juhari, petani penanam lada dan pala, menyebut sistem diversifikasi berpotensi menguntungkan petani. Jenis tanaman lada bisa dikombinasikan dengan tanaman pala, kakao dan kopi. Ia mulai melalukan pemanenan pala dengan hasil menjanjikan. Tanaman pala yang dirambatkan pada pohon durian jengkol dan leresede tetap produktif tanpa mengganggu tanaman induk.

“Diversifikasi tanaman akan menghasilkan beragam komoditas bernilai ekonomis tinggi,” bebernya.

Pengelolaan lahan dengan sistem tumpang sari sangat menguntungkan. Jenis tanaman pisang, kakao, dan kemiri bisa dipanen sepanjang waktu dengan rentang panen setiap dua pekan. Sebagian komoditas pertanian bisa dipanen setahun sekali, sehingga dibutuhkan tanaman selingan produktif tersebut.

Lihat juga...