Pasca-Kebakaran Pasar Cempaka Putih, Pedagang Terus Berbenah

Aminatun bercerita dirinya bahkan tak sempat memikirkan harta benda yang ada di kiosnya dan langsung berlari menuju tempat aman pada saat kebakaran terjadi.

“Saya itu baru sampai banget, baru saja menyapa ibu Saniyah. Gak lama baru duduk setelah nyiapin barang dagangan tiba-tiba ada bunyi meledak gitu. Aku liat kok ada merah-merah, langsung aku lari gak bawa apa- apa, cuma bawa badan ini aja. Pas sudah di parkiran baru sadar ternyata api sudah besar, nangis aku,” ujar Aminatun.

Saat Aminatun menengok kiosnya sudah tak ada yang tersisa, beras hingga makanan kaleng tak ada yang selamat. Meski begitu Aminatun sekali lagi mengucapkan rasa syukur karena masih bisa menyelamatkan dirinya dari bencana kebakaran.

“Ya sudah gak apa-apa, memang mungkin sudah jalannya kan yang penting aku selamat,” kata Aminatun.

Cerita lainnya datang dari pedagang kelapa bernama Sri (35) yang masih satu keluarga dengan Ngadiman dan Saniyah. Bersyukur, Sri sempat mengamankan alat mesin pemarut kelapa saat api melalap Pasar Cempaka Putih meski pada akhirnya ia harus kehilangan 200 butir kelapa yang memiliki berat 1 ton itu.

“Kalau ditanya rugi, 1 butirnya itu Rp 6.000, nah itu dikalikan 200. Kerugian yang ketahuan segitu, belum yang tidak ketahuan seperti pisau-pisau, rak, kampak, plastik, alat-alat pendukungnya lah,” ujar Sri.

Meski demikian, Sri tidak patah semangat untuk kembali bangkit. Ia dibantu suaminya pun sama seperti pedagang lainnya masih ingin menjalankan ekonomi kerakyatan di Pasar Cempaka Putih.

“Memang rugi sih gara-gara musibah ini, tapi saya gak mau berhenti dagang, Makanya kami sama pedagang lainnya memilih mandiri membuat lapak-lapak sementara dari sisa-sisa kios yang ada walau belum ada kejelasan dari pengelola. Kalau bisa sih semoga pengelola bisa cepet bangun ulang permanen pasarnya,” tutur Sri.

Lihat juga...