Kebijakan Konversi BBM, Pengeluaran Petani Hemat 50 Persen
Redaktur: Satmoko Budi Santoso
KEBUMEN – Sebanyak 400 petani di Desa Kawedesan, Kecamatan Kebumen, Kabupaten Kebumen, mulai melakukan konversi Bahan Bakar Minyak (BBM) ke Bahan Bakar Gas (BBG). Konversi ini membuat pengeluaran petani lebih hemat hingga 50 persen selama masa tanam.
Salah satu petani di Kebumen, Sugiarto, mengatakan, meskipun sekarang sudah mulai turun hujan, namun intensitasnya masih rendah. Sehingga ia masih harus menyewa pompa air untuk mengairi sawahnya.
“Untuk sekali mengairi sawah, biaya yang dikeluarkan untuk bahan bakar dan menyewa mesin pompa air sampai Rp 250.000, jadi sangat membebani kita,” katanya, Jumat (23/10/2020).
Dengan adanya konversi BBM ke BBG, Sugiarto mengaku sangat terbantu dan bisa menghemat biaya pengeluaran. Karena harga satu tabung elpiji subsidi 3 kilogram hanya kisaran Rp 17.000.
Biasanya untuk sekali pengoperasian pompa air, petani membutuhkan hingga 7 liter BBM, sehingga minimal harus mengeluarkan ongkos BBM Rp 70.000, ditambah dengan biaya sewa pompa.
Pejabat sementara (Pjs.) Unit Manajer Communication, Relations, & CSR Pertamina MOR IV, Marthia Mulia Asri mengatakan, konversi BBM untuk kalangan petani baru pertama kali ini dilakukan di Kabupaten Kebumen dan menyasar kepada 400 petani.

Untuk tahap pertama ini diberikan, paket pompa air, selang, LPG 3 kilogram, regulator, dan perangkat konverter lainnya.
Selama ini, permasalahan yang seringkali muncul di kalangan petani adalah pengairan. Minimnya air irigasi, terutama saat kemarau, membuat petani harus mengalirkan air dari sumber terdekat, seperti sungai ke lahan mereka dengan menggunakan pompa air.