Perburuan Satwa Liar di Sumatra karena Permintaan Tinggi
Editor: Koko Triarko
Perburuan satwa liar banyak dilakukan pada sejumlah hutan basah Sumatra. Berbagai jenis satwa yang diamankan, imbuh Rusmaidi, berasal dari Sumatra Utara, Sumatra Barat, Jambi, Kepulauan Riau hingga Lampung. Kerja sama dengan lembaga swadaya masyarakat (LSM) Jakarta Animal Aid Network (JAAN) dan Flight Protecting Indonesias’s Birds, dilakukan mencegah penyelundupan satwa.
Berbagai jenis satwa yang berhasil diamankan kerap dikirim memakai kendaraan bus, truk, dan mobil pribadi. Selain kerja sama dengan LSM, koordinasi bersama Balai Karantina Pertanian (BKP) Kelas I Bandar Lampung, Polres Lamsel terus dilakukan. Perlalulintasan sejumlah satwa liar yang digagalkan mendorong penurunan perilaku perburuan satwa.
“Pengetatan jalur transportasi resmi pelabuhan, bandara terus dilakukan agar satwa liar Sumatra tidak diselundupkan,” bebernya.
Pengakuan sejumlah pengepul satwa dalam perburuan liar kerap mendapat hasil jutaan rupiah. Bagi jasa pengiriman ekspedisi mendapat upah ratusan ribu.
Penerima satwa asal Sumatra umumnya merupakan pengirim, sehingga pelaku bisnis tersebut mengambil keuntungan dari lemahnya pengawasan. Meski lemahnya pengawasan perburuan satwa di tempat asal, pelabuhan Bakauheni menjadi benteng terakhir.
Tingkat kematian satwa dalam pengiriman, menurut Rusmaidi cukup tinggi. Media pembawa berupa boks, kardus, keranjang kerap tidak disertai dengan pakan dan minum yang cukup. Imbasnya, satwa liar yang dilalulintaskan mati dalam perjalanan. Sebagian satwa yang masih hidup akan diamankan di pusat penyelamatan satwa (PPS).
“Saat kondisi satwa sudah membaik bisa dilepasliarkan pada wilayah yang cocok untuk habitat alaminya,” terang Rusmaidi.