Minyak Naik pada Akhir Perdagangan Rabu Pagi
NEW YORK — Harga minyak naik lebih dari dua persen pada akhir perdagangan Selasa (Rabu pagi WIB), didukung oleh gangguan pasokan akibat badai di Amerika Serikat, tetapi kekhawatiran permintaan membayangi karena peramal industri energi memperkirakan pemulihan pandemi lebih lambat dari perkiraan.
Minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman November naik 92 sen atau 2,3 persen, menjadi menetap pada 40,53 dolar AS per barel. Sementara itu minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) bertambah 1,02 dolar AS atau 2,7 persen, menjadi ditutup di 38,28 dolar AS per barel. Kedua kontrak jatuh sehari sebelumnya.
Harga minyak berjangka naik menjelang pendaratan Badai Sally di Pantai Teluk AS. Lebih dari seperempat produksi minyak dan gas lepas pantai AS ditutup dan pelabuhan ekspor utama juga ditutup karena lintasan badai bergeser ke timur menuju Alabama barat, menyisakan beberapa kilang di Pantai Teluk dari angin kencang.
“Peristiwa cuaca buruk di AS menyebabkan beberapa ketidakpastian tentang produksi minyaknya dan itu selalu menjadi kabar baik untuk harga,” kata Bjornar Tonhaugen, kepala pasar minyak Rystad Energy.
Prospek permintaan minyak tetap lemah, membatasi kenaikan harga. Badan Energi Internasional (IEA) memangkas prospek 2020 sebesar 200.000 barel per hari (bph) menjadi 91,7 juta barel per hari, dengan alasan kehati-hatian tentang kecepatan pemulihan ekonomi.
“Kami memperkirakan pemulihan dalam permintaan minyak melambat secara nyata pada paruh kedua 2020, bersama sebagian besar keuntungan mudah yang telah dicapai,” kata IEA dalam laporan bulanannya.
Badan itu mengatakan stok minyak komersial di negara-negara maju mencapai tertinggi sepanjang masa 3,225 miliar barel pada Juli, dan memangkas perkiraan untuk penarikan stok tersirat untuk paruh kedua tahun ini.