Mengedukasi Anak-anak dengan Permainan Tradisional
Editor: Makmun Hidayat
Waktu bermain dengan dominan aktivitas bergerak sekaligus meminimalisir potensi kegemukan pada anak. Berada di luar ruangan dengan waktu lebih banyak terkena sinar matahari mendukung kesehatan bagi anak. Tumbuh kembang anak menurutnya akan terasah bersama teman sepermainan.
“Jadwal belajar daring mengerjakan tugas dari sekolah kerap pagi hari setelah itu anak bisa bermain gasing,” cetusnya.
Pembagian waktu untuk belajar, bermain disebut Made Sugita harus seimbang. Selama lebih dari tiga bulan waktu belajar daring anak memiliki kecenderungan berada di dalam rumah. Membuatkan gasing dari kayu dan memainkan pada halaman rumah menurutnya membantu mengurangi screen time anak-anak.
Mengarahkan anak untuk mengisi waktu luang dengan hal positif dilakukan Eko Prapto. Warga Dusun Sukarame, Kecamatan Bakauheni. Ia memilih mengajak sang anak berkreasi membuat kerajinan tangan minatur rumah, perahu. Memanfaatkan bahan kayu, bambu, tali, kertas minyak dan cat ia membuat minatur rumah panggung, perahu pinishi, kipas dan kincir kertas.
Masa belajar di rumah selama pandemi Covid-19 menurutnya butuh dukungan orangtua dalam aktivitas anak. Selama tidak ada kegiatan belajar, anak-anak kerap dominan menonton televisi dan bermain game android. Waktu berhadapan dengan layar smartphone diselingi olehnya dengan mengajari pembuatan kerajinan tangan.
“Saya melatih anak untuk berkreasi dan imajinasi membuat miniatur perahu sesuai dengan lingkungan kampung nelayan tempat kami tinggal,” cetusnya.
Tumbuh kembang anak selama masa pandemi Covid-19 menurutnya perlu jadi perhatian orangtua. Ia bahkan membatasi sang anak untuk memegang gawai dengan tujuan menghindari ketergantungan. Gawai hanya diberikan untuk mengerjakan sejumlah tugas sekolah sehingga screen time bisa diatur. Mengajak berkreativitas membuat miniatur menjadi kegiatan menyenangkan dan edukatif.