Kisah Penampung Gurita di Ende, Bertahan di Tengah Pandemi Corona
Redaktur: Satmoko Budi Santoso
Ia juga bisa membantu nelayan di desa yang selama ini menjual ke penampung dari luar dengan harga murah bahkan tidak stabil.
“Enaknya jadi penampung, kita hanya duduk di rumah dan bisa membantu memberikan uang kepada nelayan serta anak-anak di desa yang mengangkat gurita dari laut ke rumah,” ucapnya.
Sedangkan kesulitannya, tambah Fudin, pada saat musim ombak dan angin kencang hasil tangkapan kurang harganya turun drastis.
Dirinya pun harus menunggu lama dan rutin mengganti es batu agar gurita tetap beku. Selain itu, tambahnya, jarak ke perusahan pembeli gurita terlampau jauh di Kabupaten Sikka.
“Saya harus mengumpulkan hingga banyak baru bisa menjualnya ke pabrik di Kecamatan Paga, Kabupaten Sikka. Lumayan sejak jadi penampung saya bisa mendapatkan uang yang lumayan dan tidak capek lagi melaut,” tuturnya.
Nelayan pemancing gurita Kampung Arubara, Kelurahan Tetandara Iksan Ahmad, mengaku senang menjual gurita di Fudin sebab selain bisa mendapatkan uang tunai, nelayan juga merasa terbantu.
Iksan menyebutkan, sebelum melaut nelayan bisa mengambil barang apa saja untuk keperluan rumah tangga bahkan modal melaut. Biayanya kata dia, akan dipotong dari hasil tangkapan nelayan.
“Setiap minggu baru uangnya kami ambil setelah potong utang kami ke Pak Fudin. Beliau juga timbangannya tidak diakali sehingga nelayan tidak rugi apalagi beliau tinggal di kampung kami,” ucapnya.