Karinding, Seni Tradisi Dari Tanah Pasundan yang Masih Bertahan di Kranggan
Editor: Mahadeva

“Karinding seninya ada di belah bambu yang memiliki makna atau lambang tersendiri. Pertama leuweng (Hutan) larangan, jadi hutan yang tidak boleh diganggu gugat. Leuweang garapan, hutan yang bisa digarap oleh kita. Leuweang kehidupan itulah kita ditengah masyarakat ini,” jelas Abah Kabayan.
Jarum kekcil ditengah bilah, memiliki makna artinya sekecil apapun harus tajam. Tajam dalam pemikiran, hati, kepada yang Maha Kuasa. Jarum kecil itu berada di tengah bambu atau alat karinding tersebut, dan jika bergetar mengeluarkan suara dengung. Pelestarian budaya Karinding sendiri di Kranggan, Kota Bekasi diasuh oleh Guriang Pakuan Padjajaran atau Imah Panggung Abah Suta. “Dalam mengembangkan Karinding, di Kranggan sudah mengindung pada waktu dan membapak kepada zaman. Maksudnya dengan melihat perkembangan zaman sekarang,” ucapnya.
Seni tradisi Karinding, pada zaman sekarang tetap bersifat tradisional. Sulit berkembang, sehingga saat ini dikemas dari seni tradisi menjadi seni kreasi, dengan menambah beberapa alat musik seperti kecapi, gitar dan suling. “Tapi larinya ke etnis Sunda, dulu hanya Karinding sama calumpung doang,” tambahnya.
Syair lagu yang dibawakan masih tetap seperti dahulu kala, meliputi lagu Sunda Mekar, Rajah dan lainnya yang berisi mantra. Hanya musiknya di aransemen agar mengena di kehidupan sekarang sehingga seni tradisi Karinding bisa berkembang di sukai generasi penerus.
Saat ini Karinding Kranggan memiliki dua tim, semuanya terdiri dari anak muda cabutan dari berbagai sanggar. Mereka kerap diundang di acara budaya di berbagai daerah, pernah tampil di Cirebon dan baru baru ini di kaki gunung salak dalam acara budaya peringatan satu Sura.