Selama Pandemi, Endek Bali Tetap Digemari Anak Muda
DENPASAR – Selama masa pandemi COVID-19, eksistensi dan penggunaan kain endek di Bali, masih digemari masyarakat. Baik dari kalangan anak muda maupun orang tua, mengkreasikan kain endek secara beragam untuk penggunaan sehari-hari.
“Produksi endek di Bali sebelum pandemi semua berjalan dengan baik. Terlebih lagi sekarang endek sudah mengalami perkembangan yang luar biasa. Baik dari motif, warna, dan kreasi dari endek itu sendiri. Tidak hanya untuk kegiatan religi saja, bahkan dalam kegiatan sehari-hari juga, seperti pakaian kantor, gaun malam, hingga pakaian sehari-hari. Sekarang juga banyak anak muda, mulai mengkreasikan kain endek sebagai pakaian sehari-harinya,” kata Duta Endek Bali Tahun 2019, Lady Athalia, Senin (10/8/2020).
Di awal masa pandemi COVID-19, permintaan endek Bali sempat mengalami penurunan. Namun karena endek yang memiliki warna dan motif unik, dan mudah diterima masyarakat, menjadikannya sasaran utama dalam bertahan di masa pandemi ini. “Kain endek di Bali juga memiliki daya tarik tersendiri, misalnya sebagai bahan utama pembuatan APD (masker). Banyak yang berkreasi menggunakan endek sebagai bahan pendukung dalam pembuatan masker kain. Bukan hanya masker, namun juga aksesories lainnya, seperti scrunchie (ikat rambut), juga bandana,” kata Lady.
Adapun yang menonjol dari kain endek Bali, yaitu bahannya yang terbuat dari tenun ikat asli Bali. Selain itu, keunikan endek Bali terletak pada cara pembuatannya, yang masih menggunakan alat tenun bukan mesin. Sementara dari sisi motif yang dihasilkan adalah hasil dari tenunan (bukan lukisan). Kain endek di Bali terdiri dari beragam jenis motif, di antaranya motif encak saji yang biasa dipilih untuk upacara keagamaan untuk umat Hindu, lalu ada motif songket, motif rangrang, endek jumputan, dan masih banyak lainnya.