Menelisik Tradisi Malam 1 Suro di Sumbersari Desa Pasuruan

Editor: Makmun Hidayat

Omon Budianto, Kepala Dusun Sumbersari, Desa Pasuruan, Rabu malam (19/8/2020). -Foto Henk Widi

Wujud keberagaman dalam baritan tersebut terlihat saat semua warga membawa berbagai jenis makanan. Lokasi pertigaan,perempatan jalan menjadi lokasi yang dipilih untuk mengumpulkan warga. Titik sentral jalan utama menjadi simbol kebersamaan antar warga. Sebab selain sebagai tradisi bagi umat Islam bagi warga asal Jawa Suro dirayakan turun temurun.

“Kebhinekaan dalam kegiatan baritan sangat terlihat karena semua warga ikut berharap pada tahun yang baru semua akan diberkati,” papar Omon Budianto.

Saat semua makanan telah siap sejumlah tokoh agama,tokoh masyarakat yang hadir akan memberi petuah. Pada malam satu Suro tahun ini berdekatan dengan peringatan HUT Kemerdekaan RI Ke-75 dan HUT Dusun Sumbersari ke-53 dilanjutkan dengan malam satu Suro. Harapan akan kesehatan,keselamatan,hasil panen melimpah ikut didoakan.

Doa dari Muhamad Marcum yang didaulat dari agama Islam dimulai sesudah Magrib. Harapan akan kesejahteraan dan juga keselamatan bagi warga dan desa didaraskan. Sebab memasuki bulan Suro sebagian warga yang dominan bertani mulai memasuki masa padi berbulir. Selain itu kesehatan dan dijauhkan dari penyakit jadi harapan saat tahun baru 1442 Hijriah yang akan jatuh Kamis (20/8) esok.

Doa dari umat Katolik yang dipimpin HB Dedi Setiawan menjadi bentuk peran serta umat Katolik. Melalui baritan yang dilakukan oleh semua warga ia mendoakan agar kerukunan selalu terjaga dari generasi ke generasi. Tradisi yang menjadi pemersatu menjadi pengingat bagi generasi muda untuk selalu menjaga keberagaman.

Lihat juga...