Legislator di Sikka Sesalkan Pola Belajar Kelompok di Rumah

Editor: Koko Triarko

Ia mempertanyakan, bila belajar kelompok di luar sekolah, siapa yang mengontrol dan menjamin sudah sesuai protokol kesehatan, agar murid bisa terhindari dari penularan Covid-19?

“Apalagi belajar di rumah orang, kita tidak mengetahui kondisi rumah tersebut dan anggota keluarganya, serta lingkungan sekitarnya. Saat belajar pun tidak ada yang mengontrolnya, sehingga anak-anak pun tidak menerapkan protokol kesehatan,” sesalnya.

Selama pembelajaran berkelompok di rumah, pun tidak ada Gugus Tugas Covid-19 yang mengontrol apakah proses pembelajaran berlangsung sesuai protap kesehatan.

Soni membandingkan sebelum masa Covid-19, dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah, satu meja hanya diperguanakan oleh satu atau dua orang murid, tetapi belajar di rumah satu meja bisa ditempati beberapa murid.

Murid, tegasnya, harus diberi pemahaman, sebab dalam situasi Covid-19, hanya bisa dikalahkan lewat pendidikan. Relawan Covid-19 di Sikka banyak, tetapi tidak mengontrol proses belajar secara berkelompok di rumah.

“Kalau masih dalam pola pembelajaran seperti ini, sebaiknya kepala dinas PKO Sikka diganti, karena proses pembodohan sedang berlangsung dan beliau sama sekali tidak bisa menjamin keberlanjutan pendidikan selama masa pandemi Covid-19,” pintanya.

Sementara itu Bupati Sikka, Fransiskus Roberto Diogo, melalui Kabag Humas dan Protokol Setda, Very Awales, mengatakan, bupati sudah menginstruksikan Dinas PKO Sikka untuk menyusun konsep yang baik dan jelas terkait sekolah tatap muka sesuai protokol kesehatan.

Menurutnya, perencanaan agar murid bisa kembali belajar di sekolah konsepnya sedang dibuatkan oleh Dinas PKO Sikka, karena harus diatur dengan baik untuk mencegah terjadinya penularan Covid-19.

Lihat juga...