Jasa Alat Pertanian Pasca Panen Mudahkan Petani di Lamsel
Redaktur: Muhsin Efri Yanto
Warsono, pekerja pemipilan jagung milik Nyoman di Desa Sumbernadi menyebut sehari bisa melayani puluhan petani. Pemilik jagung memiliki rata rata lebih dari 100 karung dengan jumlah minimal satu ton. Kondisi mesin yang prima membuat jasa pemipilan bisa cepat dilakukan dengan lima pekerja. Setiap pekerja memiliki tugas menuang jagung ke mesin, mengemas ke karung dan mengangkat ke truk.
“Jagung yang sudah kering di pohon bisa mudah dipipil selanjutnya akan dibawa ke pabrik untuk dijual satu truk bisa memuat lima ton,” paparnya.
Sehari bisa memipil sebanyak 6 ton saja, upah yang diperoleh dari jasa pemipilan mencapai Rp1,5 juta. Hasil tersebut sebagian digunakan untuk membayar upah pekerja rata rata Rp100.000 per hari. Saat masa pandemi Covid-19 bekerja sebagai buruh pemipil jagung menurutnya cukup menguntungkan.
Selain jasa mesin pemipil jagung, masa panen komoditas pertanian untungkan pemilik mesin penggiling gabah. I Putu Mayor, pemilik mesin penggiling gabah di Desa Sumbernadi menyebut dalam sehari berkeliling ke belasan desa di kecamatan Ketapang. Usaha mesin penggiling gabah atau selep itu kerap dipanggil petani yang memiliki gabah kering giling (GKG).
“Sistem bagi hasil beras persepuluh kilogram saya mendapat dua kilogram beras,” terangnya.
Usaha tersebut membantu petani yang berada jauh dari pabrik penggilingan gabah. Sehari mendapatkan sebanyak 100 kilogram beras bagi hasil dengan harga jual Rp10.000 ia mendapat hasil Rp1 juta. Membawa mesin giling keliling menjadi sumber usaha baginya sekaligus membantu masyarakat. Warga bisa mendapat beras dengan cepat hanya di depan rumah tanpa harus pergi jauh.