ASI Enam Bulan Serap Karbon 95-153 Kg per Bayi
Editor: Koko Triarko
Belum jika dilanjutkan dengan sektor limbah yang dihasilkan dari produk susu ini. Misalnya, dari kemasan kaleng atau pun kotak susunya.
“Masalah yang muncul kembali pada pengalihan fungsi lahan maupun pengolahan limbah,” ucapnya.
Alin menyebutkan, masalah di sektor industri susu ini seringkali luput dari pengamatan para ahli. Industri susu ternyata memiliki peran sangat signifikan pada krisis iklim.
“Harusnya semua yang terjadi menjadi alarm bagi kita, bahwa ada yang salah dengan paradigma pembangunan kita. Harusnya kita berupaya untuk membantu mencegah krisis iklim dengan mendukung pemerintah Indonesia berkomitmen untuk mengurangi emisi karbon hingga 29 persen di 2030,” ucapnya.
Dengan mendukung ASI Eksklusif, tegasnya, sama artinya dengan mendukung gerakan mengurangi krisis iklim ini.
“Karena dengan menyusui selama enam bulan saja, berhasil menyerap karbon sebesar 95-153 kg per bayi, bayangkan jika bisa dilakukan selama dua tahun? Dan, ini harus dinilai sebagai upaya yang tidak main-main dan merupakan kontribusi besar yang harus didukung bukan hanya keluarga, tapi juga lingkungan dan negara. Kenapa negara, karena pemenuhan hak atas lingkungan yang sehat, hak ibu dan anak dalam menyusui ini membutuhkan peran negara dalam menerapkannya kepada industri,” tandasnya.
Pakar ASI, Dr. Utami Roesli, SpA, IBCLC, FABM, menyatakan secara regulasi dan undang-undang, dukungan untuk kegiatan menyusui ini sebenarnya sudah diberikan oleh negara.
“Secara regulasi, pengaturan tentang dukungan kepada kegiatan ASI Eksklusif ini sebenarnya sudah diatur dalam UU Kesehatan. Selain itu, dalam UU Ketenagakerjaan, UU juga menjamin ibu untuk dapat menyusui dan menjamin fasilitas yang mendukung kegiatan ini,” kata Utami dalam kesempatan yang sama.