Perlakuan Iradiasi BATAN Tingkatan Pemanfaatan Varietas Padi Lokal

Redaktur: Muhsin Efri Yanto

Dengan berubahnya sifat dari varietas ini, Umar menyatakan pemda Klaten melihat beberapa peluang untuk memasarkan produk ini, tidak hanya sebagai sumber pangan untuk masyarakat Klaten tapi juga memasarkan dalam bentuk oleh-oleh khas Klaten maupun untuk sumber pangan daerah lain.

“Karena itu, pemda sedang mempersiapkan beberapa infrastruktur, seperti pembangunan pasar dan gudang beras yang didukung juga dengan pembangunan sentra pendukung. Pemda juga membentuk kelembagaan untuk pengelolaan hulu dan hilirnya,” urainya.

Tidak hanya itu, Kabupaten Klaten juga memastikan untuk penanaman stok benih untuk memastikan ketersediaan benih bagi para petani.

“Pengembangan hulu dan hilir bagi Rojolele Srinuk dan Rojolele Srinar ini diharapkan akan menjadi penyokong upaya Kabupaten Klaten sebagai lumbung pangan Jawa Tengah maupun nasional,” tandasnya.

Peneliti Pusat Aplikasi Isotop dan Radiasi (PAIR) BATAN Dr. Ir. Sobrizal, M.Si menjelaskan mutasi iradiasi yang dilakukan pada Rojolele adalah untuk mengurangi umur tanam, merendahkan tinggi tanaman dan membuat varietas yang lebih tahan terhadap hama.

“Untuk Rojolele Srinuk, yang sebelumnya memiliki masa tanam sekitar 5 bulan lebih, dengan iradiasi, dihasilkan masa tanam yang hanya 120 hari. Ini merupakan keuntungan bagi petani, yang dalam setahun bisa melakukan penanaman dan panen lebih banyak,” kata Sobrizal.

Dan, sifat mudah rebah yang diakibatkan oleh tinggi tanaman yang mencapai kurang lebih 150 cm, dengan iradiasi, menjadi hanya 113 cm, baik untuk jenis Srinuk dan Srinar.

“Dari segi hasil, juga terjadi peningkatan. Jika pada induk, hanya menghasilkan 4,2 ton per hektare, maka pada Srinuk dan Srinar masing-masing memiliki rata-rata 8,07 ton per hektare dan 8,42 per hektare,” urainya.

Lihat juga...