Perlakuan Iradiasi BATAN Tingkatan Pemanfaatan Varietas Padi Lokal
Redaktur: Muhsin Efri Yanto
JAKARTA — Usai diterimanya SK Pelepasan varietas padi Rojolele Srinuk dan Srinar, Kabupaten Klaten mempersiapkan roadmap pengelolaan dan pemasaran padi hasil mutasi iradiasi ini. Dengan, sifat baru yang memiliki umur tanam pendek, tahan rebah dan tahan hama, potensi Rojolele Srinuk dan Rojolele Srinar diharapkan mampu menjadi salah satu sumber perekonomian daerah.

Kepala Bidang Litbang Dalev Bapeda Klaten Muhammad Umar Said menyebutkan dengan diterimanya SK Pelepasan dua varietas dari tiga varietas yang diajukan, Kabupaten Klaten bersiap untuk hilirisasi produk padi lokal ini.
“Rojolele ini menggambarkan beras pulen, enak dan wangi yang merupakan ikon pangan Kabupaten Klaten,” kata Umar saat seminar online PAIR BATAN, Senin (20/7/2020).
Tapi terjadi penurunan minat tanam dari masyarakat karena terkendala umur tanam yang panjang, batang sangat tinggi hingga mudah rebah dan rentan hama penyakit.
“Jadi saat PAIR BATAN menawarkan proses riset mutasi genetik tanaman dan pendampingan pada tahun 2013, petani dan penyuluh sangat menerima baik. Ini juga didukung penuh oleh setiap unsur pemda,” ujarnya.
Umar menyatakan dukungan pemda ini sangat berarti penting dalam proses pengembangan Rojolele.
“Karena proses risetnya panjang dan membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Kami sendiri membutuhkan waktu sekitar enam tahun dalam meneliti dan mengembangkan varietasnya. Sehingga ini bisa jadi patokan daerah lainnya, agar jangan merasa bosan dan lelah dalam menjalani prosesnya,” ucapnya.