Pengembangan Hortikultura di Sikka Terkendala Modal
Editor: Makmun Hidayat
Hal senada disampaikan Erik Paji petani muda di Desa Ladogahar Kecamatan Nita yang mengaku harus mengeluarkan uang pribadi hingga puluhan juta rupiah untuk mulai terjun ke budidaya hortikultura.
Erik mengaku tertantang dan menikmati menjadi petani sebab keuntungan yang didapat jauh lebih besar dan setelah 3 bulan menanam bisa memperoleh penghasilan tetap.
“Kita harus berani mengambil risiko dan saya yakin untung yang didapat sangat besar apalagi saat harga jual meningkat tajam saat stok di pasar menipis. Pemerintah harus membantu petani dengan modal usaha, mesin pertanian serta pelatihan untuk memperkuat sumber daya manusianya,” ungkapnya.
Gubernur NTT, Viktor Bungtilu Laiskodat saat meninjau kebun irigasi tetes milik petani muda di Wailiti Kota Maumere mengaku senang bila melihat banyak anak muda terjun menjadi petani.
Menurut Viktor, peluang meraup pendapatan besar ada di sektor pertanian namun pemerintah harus memikirkan modal dan penguatan sumber daya manusianya. Bantuan, kata dia, jangan sekadar proyek saja karena lebih banyak hasilnya tidak ada.
“Bantuan harus diberikan kepada petani yang sudah mulai dan memiliki mental usaha yang tinggi. Nanti pemerintah siapkan dana untuk pengembangan hortikultura seluas 100 hektare di Sikka dengan anggaran Rp7 miliar tahun ini,” ungkapnya.
Namun Viktor menegaskan agar proyek ini harus berhasil sehingga perlu ada evaluasi sejauh mana perkembangannya. Dirinya pun akan terus datang mengontrol perkembangannya hingga berhasil dan menjadi contoh bagi daerah lain.