Meskipun Pandemi Anak Harus Tetap Bahagia dan Gembira
Redaktur: Satmoko Budi Santoso
“Jadi bisa dikatakan kegembiraan itu akan muncul jika ada kebersamaan, kekeluargaan yang bergantung pada attachment bukan pada kaitan darah, kasih sayang, mencintai, memberi dan bersyukur,” kata Yusi pada kesempatan terpisah.
Dengan membangun kegembiraan pada orang tua, maka perasaan itu akan bisa ditularkan kepada anak.
“Artinya, bukan orang tua gembira sendiri. Tapi bergembira bersama, dengan tidak berprasangka dan melihat segala sesuatu secara positif. Karena dengan berprasangka akan menimbulkan bibit ketidaknyamanan,” ujarnya.
Dan yang tidak boleh dilupakan orang tua adalah untuk melihat segala sesuatu dari perspektif anak.
“Jangan memandang anak sebagai objek, tapi sebagai subjek yang memiliki cara pandang sendiri dalam melihat suatu hal. Dan pahami bahwa rata-rata anak adalah generasi yang berbeda dengan generasi orang tua,” urainya.
Anak sekarang, lanjutnya, adalah anak yang terbiasa dengan IT, yang tidak terlalu memperhatikan detil dan mengerjakan segala sesuatu dengan instan.
“Kondisi ini membuat mereka, secara emosional tidak matang dan membutuhkan advice pengarahan diri secara dialog singkat, bukan saran yang berkepanjangan. Jadilah orang tua yang bisa memahami anak,” pungkasnya.