Kalimantan Barat Memiliki Deposit Uranium 17.005 Ton
JAKARTA – Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan) menyatakan, Kalimantan Barat memiliki 17.005 ton deposit uranium. Sebuah aset yang dapat menjadi sumber bahan baku nuklir, pada Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN).
“Di Kalimantan Barat ada 17.005 ton, di Kalimantan Timur ada 17.861 ton,” kata Kepala Pusat Teknologi Bahan Galian Nuklir (PTBGN) Batan, Yarianto Sugeng Budi Susilo di Jakarta, Rabu (15/7/2020).
Yarianto menuturkan, sebelumnya di Nusa Tenggara Timur pernah dilakukan prospeksi pendahuluan. Tepatnya di 1980, di daerah Flores Tengah. Namun, hasilnya kurang menarik, dan sampai saat ini belum dilakukan eksplorasi lagi.
Sejauh ini, sumber daya uranium yang terdata di Indonesia ada sekitar 81.090 ton. Dengan sebaran di Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Kalimantan Tengah, Sumatera Utara, Bangka Belitung, Singkep, dan Sulawesi Barat. Di Kalimantan Tengah, ada deposit uranium sebanyak 10.864 ton. Di Sumatera Utara ada 490 ton. Kemudian, 3.792 ton di Sulawesi Barat, serta 25.715 ton di Bangka Belitung, dan Singkep.
Untuk mengolah uranium menjadi bahan bakar nuklir, memerlukan proses yang cukup panjang. Pertama, penambangan dengan peledak atau alat berat untuk mendapatkan bijih uranium. Bongkahan batu di chrusher untuk ukuran bijih yang kecil. Kemudian proses milling untuk mendapatkan bijih uranium yang berbentuk seperti bubuk (fine uranium ore). Tahap berikutnya adalah pelindian (leaching) dengan asam sulfat, untuk mendapatkan larutan uranil sulfat. Kemudian, dilakukan pemurnian dengan ion exchange untuk mendapatkan larutan konsentrat uranium (U).
Dan dilanjutkan dengan tahap pengendapan bertingkat menggunakan NH4OH. Kemudian, masuk ke dalam filter dan dikeringkan untuk mendapatkan yellowcake. Dari yellowcake, diperoleh amonium diuranat dengan konsentrasi uranium lebih dari 60 persen. Yellowcake itu sudah laku dijual. “Namun yellowcake belum bisa sebagai bahan bakar, karena harus dimurnikan sampai grade nuklir lebih dari 99 persen,” ujarnya.