Jelang Iduladha Pasar Pasuruan Sulit Terapkan Protokol Kesehatan

Redaktur: Satmoko Budi Santoso

Jayanti, pedagang sayuran menyebut alami peningkatan penjualan saat prepekan. Semula saat hari biasa ia hanya mendapatkan omzet sekitar Rp1 juta kini bisa mendapat omzet Rp3 juta per hari. Kebutuhan akan sayuran banyak dibeli masyarakat untuk persiapan merayakan Iduladha. Sebagian pembeli berasal dari wilayah kecamatan lain untuk membeli bumbu dan sayuran.

Jayanti (kedua dari kiri) pedagang sayuran di pasar Pasuruan, Kecamatan Penengahan, Lampung Selatan saat melayani pembeli ketika prepekan, Kamis (30/7/2020) – Foto: Henk Widi

“Saat ini penjual selalu diimbau menerapkan prokes namun pembeli kerap tidak patuh meski saya siapkan tempat cuci tangan,” cetusnya.

Satar, kepala badan usaha milik desa (Bumdes) pasar Pasuruan menyebut prokes di pasar tersebut telah diterapkan. Namun saat prepekan pengelola pasar tidak mampu melakukan kontrol imbas banyaknya warga berbelanja saat prepekan. Keramaian sejak pagi terjadi berimbas area parkir tidak mampu menampung kendaraan.

“Tempat cuci tangan kami siapkan dan seluruh pengunjung wajib memakai masker namun tetap tidak bisa menjaga jarak,” terang Satar.

Pembatasan kunjungan ke pasar menurutnya bisa diatur sejak pagi hingga sore. Namun sebagian masyarakat memilih untuk berbelanja pada pagi hari berimbas kerumunan.

Potensi berdesakan tersebut sekaligus menyulitkan pengelola pasar melakukan pemindaian suhu tubuh. Sebab pembeli datang dari berbagai arah tanpa adanya aturan keluar masuk memakai satu akses ke pasar Pasuruan.

Lihat juga...