Indonesia Masih Negara Pengimpor Produk Halal Terbesar

Editor: Koko Triarko

Wakil Direktur LPPOM, Sumunar Jati, pada diskusi sertifikasi halal secara virtual di Jakarta, belum lama ini. –Dok: CDN

Menurutnya, kalau kita sudah memulai dengan fesyen muslim, maka bisa fokus untuk mengembangkan industri fesyen tersebut benar-benar masuk dalam ranah industri kreatif.

Didukung dengan strategi, regulasi dan infrastuktur menjadikan Indonesia mampu berkompetisi dalam industri halal. Juga promosi yang kuat melalui event-event internasional harus dilakukan hingga bisa mem-branding produk itu.

“Indonesia tidak perlu untuk menjadi sama persis seperti Brasil. Karena dalam sektor fesyen muslim, Indonesia masih tergolong unggul berada pada peringkat ke tiga setelah Uni Emirat Arab (UEA) dan Turki,” imbuhnya.

Sehingga, Jati menegaskan penting bagi Indonesia untuk fokus pada sektor fesyen muslim yang sangat potensial dan bisa dikembangkan.

Begitu pula dengan sektor pariwisata halal. Apalagi, di Kementerian Pariwisata (Kemenpar) di masa menteri Arif Yahya, menurutnya berhasil membawa Indonesia meraih peringkat pertama sebagai negara tujuan wisata halal dunia versi Mastercard-Crescent Rating Global Muslim Travel Index (GMTI) 2019, dengan skor 78.

Penilaian tersebut karena Indonesia dikenal ramah dengan wisatawan muslim dari segala hal. Seperti menyediakan kenyamanan fasilitas tempat ibadah yang bersih dan makanan halal yang mudah ditemukan.

“Pak Arif Yahya, itu kan berhasil membawa Indonesia menjadi juara pertama dalam wisata halal dunia. Tapi, saya melihat pada kementerian yang sekarang malah belum muncul,” ungkapnya.

Padahal, kapabilitas Indonesia dengan 10 destinasi wisata halal yang telah dipilih Kemenpar. Yaitu, Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB), Aceh, Sumatra Barat, Jawa Barat, Jakarta, Kepulauan Riau, Batu Malang dan Banyuwangi, Jawa Timur, Jawa Tengah, Yogyakarta dan Sulawesi Selatan.

Lihat juga...