Warga Lamsel Manfaatkan Pekarangan Cukupi Kebutuhan
Editor: Koko Triarko
Warga lain, Irawati, menanam jagung manis, cabai rawit, selain sayuran. Berbagai jenis sayuran, menurutnya sangat membantu untuk bertahan selama masa pandemi Covid-19. Saat sang suami tidak memiliki pekerjaan, tetap ia masih memiliki stok kebutuhan pangan. Bagi petani, berbagai kebutuhan pokok masih bisa diperoleh dari pekarangan.
“Kecenderungan kebutuhan meningkat saat anak belajar online, kuota internet harus dibeli sementara pekerjaan suami tidak menentu,” bebernya.
Irawati juga mengaku tidak menjual gabah hasil panen. Stok gabah kering giling (GKG) disimpan untuk kebutuhan dalam kondisi ekonomi tidak menentu. Kebutuhan beras, sayuran dan berbagai jenis bumbu masih bisa diperoleh dengan cara membeli. Stok lauk bisa diperoleh dari telur ayam yang dipelihara.
Simpanan uang digunakan olehnya untuk membeli kebutuhan pokok lainnya.
Memanfaatkan pekarangan untuk ketahanan pangan, sebutnya, kembali dihidupkan. Bagi warga yang tinggal di pedesaan, lahan terbatas masih bisa menghasilkan. Masa pandemi Covid-19 yang belum berakhir, meski masuk new normal, belum menjamin kondisi ekonomi membaik. Mempersiapkan stok dengan menanam sayuran menjadi solusi efektif stok pangan baginya.
Masa new normal yang mulai dijalankan seharusnya menjadi harapan, justru merugikan bagi petani penanam cabai.
Novita Indarwati, salah satu petani cabai menyebut harga cabai hanya mencapai Rp5.000 per kilogram. Faktor utamanya imbas pasokan cabai merah asal Jawa membanjiri wilayah Sumatra. Imbasnya, stok cabai merah meningkat berimbas harga anjlok.
“Upaya menjaga ketahanan pangan sangat bagus, namun bagi petani saat stok melimpah berimbas harga anjlok,” terangnya.