Tinggal di Gubuk Reot, Janda Miskin di Sikka ini tak Dapat BST
Redaktur: Muhsin Efri Yanto
MAUMERE — Dampak pandemi Corona membuat banyak masyarakat yang kehilangan pendapatan dan terpaksa hidup sederhana karena dirumahkan oleh perusahaan serta usaha yang digeluti pendapatannya mengalami penurunan drastis.
Namun hal ini berbeda dengan satu keluarga yang sejak 4 tahun silam menetap di sebuah gubuk reot beratap seng bekas dan berdinding bambu belah (halar) dan berlantai tanah seluas kurang lebih 8 meter.
“Saya sudah 4 tahun tinggal di gubuk ini bersama anak lelaki saya. Kami hanya mengandalkan hasil kebun seperti jagung, singkong dan kacang-kacangan untuk bertahan hidup,” kata Yuvensia Veronika, warga RT 39 RW 12 Kelurahan Waioti, Kota Maumere, Kabupaten Sikka, NTT, Selasa (23/6/2020).
Yuvensia menyebutkan, saat musim hujan baru dirinya bersama anak lelaki bungsunya menanam jagung, singkong dan sayuran untuk dikonsumsi dan dijual untuk membeli beras.
Warga Jalan Brai ini mengaku memilih bidara serta rosela yang banyak terdapat di sekitar rumahnya lalu dikeringkan untuk dijual anaknya ke home stay di Kota Maumere.
“Suami saya meninggal 3 tahun lalu. Anak saya 6 orang tetapi 4 orang meninggal dunia dimana anak satunya sudah menikah dan tinggal di Pulau Pemana. Saya tinggal berdua bersama anak lelaki bungsu,” ungkapnya.
Yuvensia mengaku selama pandemi Covid-19 dirinya belum mendapatkan bantuan Bantuan Sosial Tunai (BST) dari pemerintah. Bahkan bantuan lainnya seperti Program Keluarga Harapan (PKH) dan Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT) juga tak kunjung diterima.
Dirinya katakan tidak mengetahui adanya bantuan dari pemerintah dan berharap kalau bisa diberikan bantuan beras untuk dikonsumsi karena pendapatan dari hasil kebun sangat minim.