Relawan Covid-19 di Sikka Minta Nasibnya Diperhatikan

Editor: Koko Triarko

Hal senada juga disampaikan Adelfonsa Leonora Sao, perawat lainnya yang juga relawan yang bertugas di ruang isolasi. Dirinya mengaku selalu bersyukur dengan upah yang diterimanya.

“Kami relawan ada 10 orang, 9 perawat dan seorang CS. Kami harap pemerintah memperhatikan nasib kami, setelah kontrak kerja kami selama 6 bulan berakhir,” harapnya.

Ocha, sapaannya, berharap pemerintah jangan hanya mempergunakan jasanya saat masa Covid-19, tetapi kalau bisa tetap dipergunakan untuk seterusnya.

Dirinya mengaku ingin tetap menggunakan seragam putih-putih dan tidak mau kalau wabah Covid-19 berlalu, pekerjaan mereka juga berlalu.

“Kami masih merawat 21 orang lainnya yang statusnya masih psositif Covid-19. Saya dan semua teman tetap semangat dalam menjalankan pekerjaan ini,” ungkapnya.

Lusia Lero, kepala ruangan isolasi RS TC Hillers Maumere, mengakui dari 23 tenaga medis, hari pertama takut juga merawat pasien Covid-19. Namun, dia berkomitmen lebih bagus mencoba untuk menangani pasien dengan penyakit baru dan langka.

Lus, sapaannya, mengaku dari 23 tenaga medis yang bertugas di ruang isolasi menangani pasien Covid-19, ada 5 orang tenaga medis yang sudah berkeluarga, sementara 10 relawan dari Dinas Kesehatan semuanya belum menikah.

“Dari 23 tenaga medis, 6 orang pegawai BLUD RS TC Hillers Maumere dan 10 tenaga relawan dari Dinas Kesehatan. Sisanya berstatus Aparatur Sipil Negara (ASN), termasuk dokter,” ungkapnya.

Lus berharap, tenaga lepas atau relawan dari Dinas Kesehatan sebanyak 10 orang tersebut bisa diperhatikan nasibnya, atau diangkat menjadi tenaga kontrak atau pegawai BLUD RS TC Hillers Maumere.

Lihat juga...