Pinukuik, Cemilan Khas Minang yang tak Pupus Ditelan Zaman

Redaktur: Muhsin Efri Yanto

PESISIR SELATAN — Selera masyarakat di era sekarang sepertinya tidak terpaku pada makanan-makanan yang modern. Bahkan menyantap makanan tradisional menjadi tren para generasi milenial.

Seperti halnya kue pinukuik yang banyak dijual di Kabupaten Pesisir Selatan, Sumatera Barat. Menikmatinya tidak hanya enak di makan ramai-ramai bersama teman-teman, tapi  juga pas saat dinikmati dengan menyajikan segelas kopi manis atau dengan segelas teh manis hangat.

Ada alasan yang membuat kue ini begitu banyak diminati hingga sekarang. Etek Enggi yang merupakan peracik pinukuik Batang Kapeh, menjelaskan, karena rasanya lembut dan semua bahan-bahan yang digunakan sangatlah alami.

Disebutkan, membuat kue pinukuik tidaklah terlalu sulit. Bahan utamanya ialah parutan kelapa sedang, dan bukan kelapa tua, yang dicampur dengan tepung, tapai, dan juga panili.

“Sebenarnya pinukuik ini makanan orang kampung, jadi bumbu-bumbunya itu sederhana saja. Bicara soal kecocokan rasanya, hanya orang kita-kita ibu ini yang tahu, kuncinya di sana,” katanya, Sabtu (20/6/2020).

Sementara terkait untuk memasaknya, tidak bisa dilakukan sembarangan, tapi ada teorinya. Dimana untuk memasak pinukuik itu, tidak di atas kobakaran api seperti memasak sambal rendang. Tapi dimasak di atas hangatnya bara api dari sabuik (sabut/kulit kelapa tua) yang telah dibakar.

Tidak hanya itu, tempat memasaknya pun berbeda, yakni sebentuk kuali kecil yang berukuran khusus. Dikarenakan menggunakan sabut kelapa, maka saat memasak akan banyak asap, tapi bukan berarti kuenya akan rasa asap.

“Jangan khawatir, rasa kue nya tidak rasa asap. Tapi di sinilah seharusnya kue pinukuik untuk dimasak,” ujarnya.

Lihat juga...