Korban Bencana Palu Mulai Tinggal di Huntap Balaroa

Di blok sebelah, sebagian calon penghuni hunian tetap sudah mulai membersihkan lantai rumahnya. Mereka berencana segera pindah, jika fasilitas listrik dan airnya sudah terpasang.

“Nanti kalau ada rezeki baru diplester. Biar saja begini, dari pada tinggal di tenda,” kata seorang calon penghuni.

Petugas dari PT. PLN (Persero) hampir setiap hari juga hilir mudik di kompleks itu karena menyambung listrik ke setiap rumah. Sebagian rumah sudah teraliri listrik dan setiap tiang listrik sudah terpasang lampu jalan.

Di sudut lainnya, sejumlah tukang masih berjibaku membangun masjid dari besi baja. Masjid itu bagian dari fasilitas hunian tetap. Di lokasi ini sudah tersedia puskesmas pembantu, meski baru terbuat dari baja ringan.

Hunian tetap Balaroa ditetapkan sebagai lokasi pembangunan hunian korban bencana oleh Pemerintah Kota Palu, karena sebagian masyarakat tetap bertahan di daerah ketinggian itu. Mereka bersikap keras tidak mau meninggalkan tempat itu.

Sejak bertahun-tahun hidup damai dengan alam Balaroa, menjadikan warga tetap bertahan di sana. Padahal, di tempat lain Pemerintah Kota Palu telah menyediakan lahan dan membangunkan rumah untuk korban bencana gempa, likuefaksi, dan tsunami.

Pemerintah Kota Palu akhirnya mengambil kebijakan menjadikan lokasi tersebut sebagai lokasi hunian tetap sebanyak 127 unit.

“Sekarang tahap finishing, listriknya juga sebagian baru tahap pemasangan,” kata Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan (PPTK) Dinas Perumahan dan Permukiman Kota Palu, Yana.

Dia mengatakan, pemerintah belum menyerahkan secara resmi hunian tersebut kepada penyintas, karena belum rampung, namun sebagian penyintas sudah ada yang bersedia menempati rumah tersebut.

Lihat juga...