Jenderal Edhie, “Selamat Jalan”
Oleh: Brigjen TNI (Purn) Drs. Aziz Ahmadi, M. Sc
TEPAT satu bulan. Duka kembali mendera. Lagi dan lagi. TNI Angkatan Darat, ditinggalkan Jenderal (mantan) pucuk pimpinannya. Untuk selamanya.
Masih segar dalam ingatan. Satu bulan yang lalu. Pada Minggu, 10 Mei 2020, Jenderal TNI (Purn) Djoko Santoso, wafat. Beliau, Kasad ke-24. Menjabat pada 28 Februari 2005 – 18 Desember 2007. Jenderal Djokosan (panggilan akrabnya), meninggalkan dunia fana ini, dalam usia 68 tahun, karena sakit.
Kini, …
Ketika belum terbasuh semua kesedihan. Belum terbalut semua luka. Belum kering tanah di makam. Belum mampat derai air mata Angkatan Darat.
Jenderal TNI (Purn) Pramono Edhie Wibowo, menyusul. Memenuhi panggilan Ilahi. Beliau wafat dengan tenang karena sakit, pada Sabtu, 13 Juni 2020, pukul. 19.30, dalam usia 65 tahun.
Beliau, adalah Kasad ke-27. Menjabat, dari 30 Juni 2011 sampai dengan 20 Mei 2013. Pada periode beliau inilah, rencana strategis khususnya terkait Alat Utama Sistem Persenjataan (Alutsista) Angkatan Darat, mendapat perhatian utama dan dimodernisasi.
Numerical
Pramono Edhie Wibowo, dengan akrab biasa dianggil, Edhie.
Jika disebut namanya, imajinasi melayang-layang. Ingat sebuah nama lain, yang begitu viral, populer dan melegenda, hingga kini.
Tidak keliru. Pun tidak berlebihan. Pramono Edhie Wibowo, adalah putra Jenderal TNI (Purn) Sarwo Edhie Wibowo. Salah satu legenda perjuangan itu.
Jenderal pengukir sejarah keberhasilan, di tengah krisis kehidupan berbangsa dan bernegara.
Jenderal Sarwo Edhie Wibowo – memimpin Pasukan Khusus Resimen Para Komando Angkatan Darat (RPKAD). Memburu dan menumpas pemberontakan dan pengkhianatan, G30S/PKI.
Jenderal Sarwo Edhie Wibowo, juga nengendalikan situasi. Sekaligus, nenciptakan stabilitas nasional, untuk menggelar konsolidasi politik, sebagai matras pembangunan nasional.