Hasil Panen Kakao Petani di Lamsel, Meningkat
Editor: Koko Triarko
Harga kakao, sebut Suharno, berbeda dengan komoditas pertanian lain. Seperti komoditas cabai dan padi yang cenderung anjlok saat panen raya, harga kakao justru akan ikut terdongkrak saat panen raya.
Saat panen raya secara bersamaan di wilayah perkebunan Lamsel, pernah mencapai Rp25.000 per kilogram. Kini harga berkisar Rp21.000 per kilogram pada level petani.
Memiliki tanaman kakao, meski hanya puluhan batang, menjadi sumber investasi baginya. Dengan memiliki stok 50 kilogram saja, ia bisa mendapat hasil Rp1juta. Makin banyak kakao yang dikumpulkan dalam kondisi kering, ia bisa mendapatkan hasil yang melimpah. Proses pengeringan memanfaatkan sinar matahari, mengurangi kadar air.
Ngatiani, pemilik tanaman kakao lain, menyebut hanya merawat sebagai pohon selingan. Pohon kakao yang ditanam pada kebun pisang, menurutnya memiliki tingkat ketahanan tinggi saat kemarau. Sebab, tanaman pisang yang mampu menyimpan air bisa membantu tanaman kakao saat kemarau. Jenis kakao kulit merah oval dan kakao hijau bulat menjadi pilihan baginya.
“Varietas kakao kulit merah oval memiliki kulit tebal isi sedikit, namun jenis kakao hijau bulat kulit tipis dan biji banyak,” terangnya.\
Minimnya hama kakao yang dominan menyerang jenis tupai, penggerek buah dan jamur, membuat kualitas kakao, meningkat. Sebelumnya, ia harus melakukan penyortiran kakao yang dimangsa hama tupai.
Kini dengan kualitas kakao yang cukup baik, membuat ia bisa mendapatkan hasil maksimal. Menjual kakao kering seharga Rp20.000 sebanyak 20 kilogram, ia masih bisa mendapat hasil Rp400ribu.
Pemilik kakao varietas hijau bulat, Suyatinah, menyebut hama busuk buah masih menyerang. Namun hama tersebut diakibatkan kurangnya tanaman terkena sinar matahari, berimbas kelembaban tinggi. Sebagai solusi, pemangkasan dilakukan untuk mengurangi tajuk tanaman. Jenis kakao kulit merah yang memiliki kulit tebal lebih tahan dari hama.