Semburan Terbaru, Belum Dipastikan sebagai Akhir Siklus Matahari

Redaktur: Satmoko Budi Santoso

JAKARTA – Semburan matahari atau yang juga dikenal sebagai solar flare, terpantau terjadi pada tanggal 30 Mei 2020 lalu. Tapi dinyatakan semburan ini masuk dalam skala M, dimana masyarakat tidak perlu takut akan efeknya.

Staf Astronomi Planetarium dan Observatorium Jakarta (POJ), Mohammad Rayhan, menyatakan, setelah bertahun-tahun lamanya aktivitas matahari sangat tenang, ternyata kemarin sempat terdeteksi adanya flare cukup besar yaitu kelas M.

Staf Astronomi Planetarium dan Observatorium Jakarta (POJ) Mohammad Rayhan saat dihubungi, Minggu (31/5/2020) – Foto: Ranny Supusepa

“Belum bisa dikatakan peningkatan aktivitas Matahari karena letupan tunggal. Dibutuhkan aktivitas letupan flare yang beruntun dan berkala untuk dapat mengatakan bahwa siklus minimum matahari telah berakhir,” kata Rayhan saat dihubungi, Minggu (31/5/2020).

Menurut data, semburan ini tidak terarah ke bumi. Sehingga tidak perlu dikhawatirkan adanya lontaran massa korona atau Coronal Mass Ejection – CME. Tapi dinyatakan, kejadian ini bisa menjadi pertanda bahwa matahari akan masuk pada masa akhir siklusnya, yaitu Solar Cycle 24 dan menuju pada Solar Cycle 25.

“Flare disebabkan karena adanya penumpukan energi magnetik di permukaan matahari yang dilepaskan secara tiba-tiba dalam bentuk ledakan. Biasanya muncul di sekitar bintik matahari atau sunspot,” urai Rayhan.

Pihak NASA menyatakan butuh waktu observasi minimal enam bulan untuk mengetahui apa dan kapan tepatnya akhir dari siklus terjadi. Karena hal tersebut dapat diidentifikasi dari jumlah sunspot terkecil dalam satu siklus.

Lihat juga...