Sawah Dilanda Banjir, Petani di Lamsel Mengasak Padi

Editor: Mahadeva

LAMPUNG – Sebagian petani di Lampung Selatan (Lamsel) memilih melakukan panen dengan cara ngasak. Hal itu dilakukan karena hujan dan banjir yang melanda sejumlah tempat di daerah tersebut.

Ngasak dilakukan pada batang padi yang roboh, dan tidak bisa dipanen manual. Proses panen padi lebih sulit dilakukan saat banjir, karena tanaman padi roboh. Sebagian tanaman yang masih berdiri dipanen dengan sabit dan alat dos.

Meski demikian, sebagian padi tidak bisa dipanen karena tertimbun lumpur, batu dan pasir. Panen dengan cara ngasak harus dilakukan berhati-hati, agar gabah bisa dipisahkan. “Saya melakukan proses pemanenan dengan menggunakan sabit dan drum, karena lahan sawah masih penuh dengan air banjir sehingga bisa ditepikan ke pinggir untuk selanjutnya di jemur agar kadar air rendah,” terang Samono, petani di Desa Ruguk, Kecamatan Ketapang saat ditemui Cendana News, Senin (11/5/2020).

Akibat banjir, produksi padi merosot hingga 20 persen. Sebelumnya hasil panen dalam satu hektare bisa memperoleh sekitar enoat ton Gabah Kering Panen (GKP). Namun karena banjir, hasil panen hanya mencapai 3,5 ton.

Sutinah, salah satu warga Desa Pasuruan Kecamatan Penengahan Lampung Selatan melakukan proses ngasak padi pada lahan yang terimbas hujan dan batang tanaman roboh,Senin (11/5/2020) – Foto Henk Widi

Hendarsim, petani lain menyebut, karena hujan waktu yang dibutuhkan untuk panen menjadi lebih lama. Dalam kondisi normal Hendarsim bisa panen satu hari selesai. Namun saat ini dia butuh waktu empat hari untuk memanen padi di lahannya. Setelah memanen tanaman yang masih belum roboh dengan sabit, selanjutnya dilakukan pengasakan. “Proses mengasak padi hanya dilakukan untuk tanaman yang roboh agar bisa menyelamatkan padi yang roboh,” bebernya.

Lihat juga...